Pernah saya berkunjung ke Tanjung Balai Karimun di Kepulauan Riau. Atraksi munculnya senja menjadi tontonan yang mengagumkan warga pulau. Keindahan senja di pulau selalu menjadi peristiwa yang syahdu.
Bagaimana keindahan senja di tapal batas negara ? Saya menjadi saksi keindahan senja yang melukis alam di bentang sempadan negara di Skow (Papua), Wini, Motain dan Motamasin di Nusa Tenggara Timur, serta di Kalimantan Barat seperti di Entikong, Jagoi Babang, Aruk dan Nanga Badau. Senja di perbatasan negara seperti menjadi saksi keindahan alam di dua negara yang berbeda.
Komunitas pecinta senja saya yakini terbilang besar karena penikmat senja adalah pengagum kehidupan. Penyuka senja adalah manifestasi kerinduan akan kebesaran alam yang dimaknai secara berbeda.
Beberapa sahabat saya yang "gila" mendaki gunung, selalu menjadikan perjumpaan senja sebagai ritual kehidupan yang harus diulang setiap saat. Melihat senja dari puncak gunung yang berbeda membuat sensasi yang berbeda.
Dari Katep Pass di wilayah Magelang, Jawa Tengah saya bisa melihat keindahan Gunung Merapi. Sementara dari Alun-Alun Kota Temanggung, Jawa Tengah, senja yang menghiasi Gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu dan Merapi menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.
Antara Senja & Kopi
Jika melihat senja dari Puncak Kintamani sembari "menyeruput" kopi, keindahan senja di Bali membuat kita ingin menetap lama. Senja membuat kita untuk enggan berpisah dengan peristiwa alam yang mengansyikkan itu.
Remaja-remaja di Bau-bau maupun yang rutin menunggu datangnya senja di Jembatan Bahtera Mas, Kendari selalu melihat wujud senja yang dirindukan. Sama dengan penikmat senja dari pelataran Candi Borobudur atau Benteng Van Den Bosch, Ngawi, Jawa Timur, kehadiran senja seolah menyapa siapa saja yang merindukan senja selalu hadir.
Bahkan bagi anda yang banyak menghabiskan waktu di daerah masing-masing tanpa belum berkesempatan menjemput senja di berbagai pelosok Nusantara, senja tetap menyajikan keindahan tanpa ditagih.
Senja selalu ada menyapa kita di langit, di atas rumah-rumah kita. Bisa jadi senja mengabarkan tanda, meminta kita untuk setia menunggu senja tanpa tahu pasti kapan senja mengingkari janji.
Ada kata yang sulit terucap
Ada bibir yang enggan bicara
Ada rasa yang enggan tuk diam
Ada rindu yang terus menguar
Â
Semua itu karena kamu
Karena kamu yang kurindu
Karena kamu yang kucinta
Karena kamu rasa itu ada
Â
Kau tahu,
Senja itu seperti kamu
Tak pernah bisa tergapai dengan jemariku
Tak bisa teraih oleh jutaan rindu
Â
Terkadang,
Aku ingin seperti angin
Yang membawa puing kenangan
Yang membawa sejuta asa.
Â
Aku ingin menjadi sejuta cahaya
Yang bisa membiaskan keindahanmu
Yang menjingga di langit sore
Yang bersinar layaknya senja
Â
Tentu saja tak bisa
Aku hanyalah aku
Yang hanya punya kenangan biasa
Yang kebetulan ada kamu di dalamnya ("Menjingga Bersamamu" -- karya Siti Nurlaela Sari)