Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Canisiuskirche-Vienna, Jejak Rohani Sang Guru

22 Desember 2023   18:14 Diperbarui: 22 Desember 2023   18:16 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wina. Bangunan-bangunan gereja begitu lekat dengan Kota Wina. Begitu banyak gereja memberikan cerita tentang tumbuhnya kehidupan iman masyarakat kota. 

Sebuah gereja kecil, tetapi bangunan tampak anggun dan indah berdiri kokoh di daerah yang mungkin terkesan agak sepi, Distrik 9, Kota Wina. Tidak banyak aktivitas di gereja ini, meski rutinitas setiap hari selalu ada ibadat. Di sebelah gereja adalah sebuah pasturan dan biara yang pernah juga digunakan debagai asrama mahasiswa. Gereja Paroki St. Petrus Kanisius ini adalah sebuah serpihan sejarah perjalanan Petrus Kanisius di Kota Wina. 

Gereja Paroki St. Petrus Kanisius di Alsergrund, Distrik 9, Kota Wina, Austria ini memang didedikasikan untuk menandai karya Petrus Kanisius untuk gereja, pendidikan, dan sosial. Dibangun pada pada tahun 1899 dan selesai pada tahun 1903, gereja yang didesain oleh Gustav Rittervon Neumann dengan gaya neo-romawi dan neo-Gotik tampak begitu indah dengan menara setinggi 85 meter dan seluruh atap menaranya dilapisi keramik berwarna bergaya Katedral St. Stephen. Gereja ini adalah gereja tertinggi keempat di Kota Wina dan menjadi bangunan gedung tertinggi di Alsergrund.  

Jendela kaca memperlihatkan Santo Stefanus dan Thomas, Santo Fransiskus Xavier dan Santo Barbara, Rasul Petrus dan Paulus, Santo Aloysius Gonzaga dan Stanislaus Kostka, Santo Lawrence dan Santo Petrus. Sebuah lukisan yang  berada di sisi kiri adalah St. Joseph, St. Guardian Angel dan St. Jude. Di sisi  kanan sebuah lukisan St. Ignatius dan St. Peter Canisius. Terpampang juga sebuah semboyan  Omnia ad maiorem Dei gloriam/Semua demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Tampak juga Petrus Kanisus sedang  memegang katekismus di tangannya dengan latar belakang anak-anak dan  Katedral St. Stephen.

Tampak juga Petrus Kanisus sedang  memegang katekismus di tangannya dengan latar belakang anak-anak dan  Katedral St. Stephen.

Gereja ini adalah sebuah jejak sejarah kehidupan Petrus Kanisius dalam saat beliau harus membangkitkan semangat hidup keimanan di kalangan umat Katolik di Eropa yang sempat memudar.  Memandang Gereja Paroki St. Petrus Kanisius dari seberang jalan, dengan detail struktur bangunan menjulang tinggi, selalu mengingatkan akan perjalanan hidup Petrus Kanisius yang tak pernah menyia-nyikan hidupnya. 

Gereja Paroki St. Petrus Kanisius (Sumber: @mers, https://hive.blog)
Gereja Paroki St. Petrus Kanisius (Sumber: @mers, https://hive.blog)

Sekilas Petrus Kanisius 

Santo Petrus Kanisius (1521-1597), seorang pendidik, pengkotbah dan penulis handal yang pernah menjadikan kota Wina sebagai bagian sejarah hidupnya. Di Kota ini, Petrus Kanisius yang lahir di Nijmegen, Belanda, pernah diangkat sebagai pemimpin Serikat Jesus untuk wilayah kerja Jerman Selatan, Austria dan Bohemia. 

Petrus Kanisius lahir tanggal 8 Mei 1521 di Nijmegen, Belanda. Petrus Kanisius adalah putra tertua dari Yakob Kanis,  pejabat Walikota Nijmegen. Sebagai putra seorang walikota tentunya kehidupannya sangat begitu mapan dan terpandang, tetapi perjalanan Petrus Kanisius ternyata tidak mewarisi bakat orang tuanya. Perjalanan rohani tumbuh seiring munculnya pergolakan hebat di tubuh gereja karena  munculnya gerakan reformasi pimpinan Martin Luther.

Ketertarikan hidup membiara muncul saat ia belajar latihan rohani Santo Ignatius Loyola yang dipimpin Petrus Faber di biara Kartusian. Saat berumur 22 tahun, Petrus memasuki Serikat Yesus dan pada tahun 1546, ia ditahbiskan menjadi imam. Di Cologne, Petrus turut mendirikan rumah Yesuit pertama, tempat ia menjalani masa novisiatnya.

Perjalanan rohani tumbuh seiring munculnya pergolakan hebat di tubuh gereja karena  munculnya gerakan reformasi pimpinan Martin Luther.

Petrus Kanisius pun menyusun buku katekismus yang akhirnya digunakan di seluruh Eropa, dan juga menyusun dua katekismus untuk sekolah-sekolah. Karena kemampuannya itulah, ia pun harus menyelesaikan banyak karya; mendirikan sekolah/kolese/seminari, menjadi rektor universitas, mengajar, menulis beberapa buku, menjadi pengkotbah ulung dan menguatkan rohaniwan yang mengalami krisis panggilan.

Gereja Paroki St Petrus Kanisius (Dok. pribadi)
Gereja Paroki St Petrus Kanisius (Dok. pribadi)

Pada tahun 1550, Petrus mengucapkan kaul kekal dalam Serikat Yesus, Petrus diangkat menjadi rektor universitas Ingolstadt. Ia meninggal di dalam sebuah kolese yang ia dirikan di Fribourg, Swiss.

Canisiuskirche

Gereja Paroki St. Petrus Kanisius di Wina, yang biasanya penduduk sekitar menyebutnya sebagai Canisiuskirche,  adalah bagian dari hidup St. Petrus Kanisius. Bertahun-tahun, Petrus Kanisius bertahan di Wina dan berkarya untuk masyarakat, gereja dan kehidupan rohani umat manusia. Di dalam gereja inilah, kita bisa merasakan kehadiran Petrus Kanisius dalam setiap karya sosial dan rohaninya. 

Gereja nan indah, dengan tatanan interior yang masih mempertahankan keindahan gaya abad pertengahan, pintu besar tampak kokoh menyambut setiap pengunjung dan umat adalah sebuah  pertanda keterbukaan gereja ini untuk menerima umat manusia untuk berpasrah. Logan dan kayu yang masih kokoh bertahan, melindungi setiap sudut gereja dari berbagai aksi vandalisme yang mungkin merusak bangunan ini. 

Bertahun-tahun, Petrus Kanisius bertahan di Wina dan berkarya untuk masyarakat, gereja dan kehidupan rohani umat manusia.

Puluhan tahun, bahkan ratusan tahun, Gereja Paroki St. Petrus Kanisius masih berdiri kokoh dan indah. Di sinilah, kita bisa menikmati salah satu karya agung Petrus Kanisius dalan jejak-jejak kehidupannya sebagai guru kehidupan.  

Sumber: 1 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun