Aku adalah Sengkuni. Aku menyerah pada kehendak Paman. Kata-kata Paman selalu indah didengar, selalu menjadi tempat perlindunganku. Aku begitu nyaman, aku begitu nyaman apalagi kata-kata surgawi yang indah terdengar melunturkanku untuk mengikuti. Meski Paman tak dipercaya banyak orang, aku begitu lekat pada keinginannya. Meski setiap orang mencaci dirinya, aku harus menlindungi dan menyembunyikannya dari orang-orang jahat yang mengejarnya.Â
Meski Paman tak dipercaya banyak orang, aku begitu lekat pada keinginannya. Meski setiap orang mencaci dirinya, aku harus menlindungi dan menyembunyikannya dari orang-orang jahat yang mengejarnya.Â
Aku adalah anak kecil yang begitu menikmati kata-kata indah untaian kegundahan Sang Paman. Karena tak lagi berkuasa, aku terus menyembunyikan dalam berita-berita koran yang menganggapnya hina. Karena tak lagi bisa bicara, aku akan menjadi teman saat berkuasa.Â
Kini, ayahku menyerahkan kuasa. Pamanku berkuasa, aku berkuasa di penjara. Kerajaan koran telah tiada, Paman kembali menjual kata-kata, membuka pintu yang tertutup rapat.Â
Aku adalah Sengkuni yang tak lagi berkuasa. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H