Namun, kebohongan-kebohonan akan terbongkar. Anak ajaib akan terus membela sang ayah yang begitu istimewa saat menjadi raja. Kebaikan-kebaikan kehormatan yang diterima tak melunturkan kasih sayang kepada sang bapak. Sang Bapak  sebagai raja harus diselamatkan, karena serigala-serigala ganas yang siap  memangsa itu kini telah menjelma menjadi domba-domba kebaikan yang hidup di seputar kerajaan.Â
Harapan peperangan akan begitu ramai. Keinginan pertumpahan darah terjadi di kerajaan. Wajah-wajah kegembiraan musuh-musuh kerajaan begitu kuat menguasai sosial media. Caci dan makian terbugkus begitu halus menjelma menjadi doa. Keuntungan telah diperhitungkan, tanah-tanah telah dibagi-bagi, pajak dan upeti berkeliaran menguasai musuh abadi kerajaan. Â
Harapan peperangan akan begitu ramai. Keinginan pertumpahan darah terjadi di kerajaan. Wajah-wajah kegembiraan musuh-musuh kerajaan begitu kuat menguasai sosial media.
Hampir saja musuh menguasi kerajaan. Namun, si anak ajaib itu menyelamatkan kerajaan. Si anak ajaib menyelamtkan sang bapak saat dia tak menyatakan kesanggupan menjadi penguasa baru bagi takhta kerajaan. Si anak ajaib itu menyambut sang ayah untuk pulang. Kereta cepat melaju cepat, si anak menjadi masinis hebat kereta itu dan melesat begitu cepat dalam senyuman sang bapak yang terhenti terhormat menjadi raja.
Hari ini, si anak ajaib belum siap menjadi raja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H