Soal. Ragam soal tersusun sebagai cara mengukur kompetensi. Setiap soal tergambar beragam masalah yang seharusnya diselesaikan dalam tingkat kemampuan yang beragam.Â
Sekilas empat pilihan huruf awal di setiap baris itu tak menunjukkan apa-apa, kecuali pilihan-pilihan yang terkadang sulit utuk diterka. Pilihan ganda, sebuah  jenis soal dianggap memperbodohi siswa, menumpulkan sikap kritis, membuat siswa malas belajar, dan melemahkan semangat juang. Bahkan dianggap sebagai cikal-bakal judi dan tak menguatkan kembali arti sebuah evaluasi. Sebuah nilai yang diperoleh karena pilihan-pilihan telah memunculkan aneka ragam jenis tebak-tebakan bahkan selalu berakhir dengan paruntungan.Â
Mereka yang memperoleh nilai baik dari pilihan ganda terkadang tidak dipercaya mempunyai kompetensi mumpuni. Malahan, mereka dianggap sebagai pelajar bernasib hebat, atau pelajar penebak sejati. Padahal, rumusan soal-soal dalam pilihan ganda begitumenentukan nasib anak negeri untuk berprestasi. Pertaruhan nasib begitu membebani apalagi sebagai uji kompetensi masuk perguruan tinggi. Momok soal pilihan ganda begitu kentara hingga puluhan bimbingan belajar mengambil peran, memberikan  trik mumpuni menentukan pilihan.Â
Meski jenis soal pilihan ganda adalah salah satu jenis soal yang paling umum digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik, menggunakan soal ini dianggap tak membuat peserta didik semakin berarti. Soal-soal dalam serangkaian pilihan ini  membuat peserta didik  tidak merdeka dengan pilihan, soal menjebak peserta didik pada pilihan, dan soal membuat peserta didik hancur lebur dalam setiap penilaian. Padahal, dalam kurikulum merdeka begitu jelas dinyatakan bahwa soal-soal pilihan ganda hadir sebagai salah satu dari  beragam pilihan yang menuntut guru untuk menggunakannya dengan cermat dan tepat.Â
Momok soal pilihan ganda begitu kentara hingga puluhan bimbingan belajar mengambil peran, memberikan  trik mumpuni menentukan pilihan.Â
Soal pilihan ganda adalah salah sagu jenis soal yang biasa digunakan dalam menyusun soal, selain soal pilihan ganda kompleks, bentuk soal esai, bentuk soal isian atau jawaban singkat, dan soal esai atau uraian.Â
Menyusun SoalÂ
Soal pilihan ganda terkadang dianggap sebagai soal yang mudah menyusunnya. Padalah menyusun soal seperti ini tidak sesederhana yang dibayangkan. Konteks peserta didik, pemahaman peserta didik, rubrik penilaian, bahkan sampai ke tujuan pembelajaran harus benar-benar menjadi kerangka penyusunan soal. Dibutuhkan acuan yang jelas untuk mengukurnya. Karena itulah, rubrik penilaian menjadi keharusan agar soal pilihan ganda mampu menjadi alat ukur yang sesuai tujuan pembelajaran.Â
Menyusun soal pilihan ganda tidak hanya menyusun soal-soal menjadi rangkaian pertanyaan dan pilihan-pilihan yang menjebak peserta dididk saja. Rangkaian pertanyaan harus tetap menekankan kemampuan berpikir tingkat tinggi, bukan hanya sebatas menggali ingatan saja.Â
Soal-soal dalam pilihan ganda juga bukan hanya sebuah rangkain kalimat yang tersusun untuk menggali pengetahuan peserta didik. Setiap soal yang tersusun harus tetap memperhatikan susunan kalimat dengan pilihan kata yang cermat, letak jawaban benar, bahkan tidak bisa melepaskan dari susunan jawaban yang tetap memperhatikan tata bahasa yang baik. Karena itulah, dalam soal pilihan ganda selalu dimulai dengan instruksi yang jelas, petunjuk yang mudah dipahami, dan jawaban yang selalu menuntut peserta didik memahami beragam konsep situasi di dunia nyata dan beragam konteks yang memerlukan pembejalaran di kelas.Â
Ketika soal pilihan ganda dipilih menjadi sebuah alat ukur pemahaman pembelajaran, guru harus menempatkan sebagai bagian dari proses mencapai tujuan pembelajaran. Ketika soal-soal hanya dipahami sebatas rutinitas akhir pembelajaran dan tidak ada tindakan nyata guru ketika soal tidak dapat menggambarkan peta kompetensi peserta didik, seyogyanya guru mempunyai alternatif lain yang memperkaya proses evaluasi pembelajaran termasuk menggunakan soal esai yang menuntut guru setia mengoreksi tulisan-tulisan yang kadang menyita banyak waktu dan tenaga.Â
Ketika soal-soal hanya dipahami sebatas rutinitas akhir pembelajaran dan tidak ada tindakan nyata guru ketika soal tidak dapat menggambarkan peta kompetensi siswa, seyogyanya guru mempunyai alternatif lain yang memperkaya proses evaluasi pembelajaran, termasuk menggunakan soal esai.Â
Bagaimanapun soal-soal yang dibuat guru akan sangat menentukan nasib peserta didik. Jika sebuah evaluasi hanya sebatas proyek yang harus dijalankan, bukan sebuah keniscayaan bahwa setiap murid akan menggunakan media yang ada untuk menuntunnya memperoleh hasil terbaik, termasuk tebak-tebak jawaban dengan menghitung kancing baju, mendengarkan suara pendingin udara, memahami kebiasaan jawaban guru, menunggu suara anjing menggonggong atau mengasah intuisi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H