Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bermain Api di Sekitar Istana

15 Agustus 2023   23:55 Diperbarui: 16 Agustus 2023   05:32 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istana. Suasana mulai riuh ketika pesta akan segera dimulai. Pejabat istana mulai berdatangan dan memilih tempat duduk sesuai peran. Satu per satu orang penting di negeri ini mulai berkumpul. Seharusnya pesta segera dimulai. 

Raja mulai mengumpulkan para menterinya. Satu per satu, para menteri diperiksa, raja terhebat sepanjang sejarah negeri ini mulai mencari seseorang yang berencana mengkudeta kepemimpinannya. Takkala semuanya mulai diam, sang raja mulai bertitah. Semua menteri terdiam mendengarkan saksama kata-kata penuh makna yang disampaikan sang raja. Negara telah merdeka dan pembangunan dimana-mana. 

Pertemuan raja dan para menteri tidak lagi menjadi sebuah pesta. Undangan untuk menerima kebahagiaan telah berubah, suara raja yang begitu parau menjadikan semua menteri harus diam, mendengarkan, sambil sesekai terkantuk-kantuk. Undangan pesta di istana telah berubah menjadi sebuah suasana yang mencekam. Sejenak tak ada gerakan dan suara dari para menteri. Namun, ketika menteri kehutanan  mencoba bicara, menteri yang lain mulai mengernyitkan dahi. Ketika dia mulai mengatakan, bahwa dia akan menyambung program-program sang raja, semua tertunduk dan terdiam. 

Undangan untuk menerima kebahagiaan telah berubah, suara raja yang begitu parau menjadikan semua menteri harus diam, mendengarkan, sambil sesekai terkantuk-kantuk.

Sang menteri kehutanan mulai menunjukkan dirinya, menjelaskan tentang asal-usulnya, menjelaskan tentang program-program kepemimpiannya, bahkan menjelaskan tentang semangat korupsi yang tak musti di hukum mati. Ia mulai berkata-kata, menyampaikan beragam impian yang belum pernah diwujudkannya. Ia menjelaskan mimpi yang akan menjadikan kerajaan dikagungi seluruh dunia, bahkan planet lain. 

Berbicara penuh semangat, menteri kehutanan mencoba menggugah semangat menteri-menteri muda untuk berkuasa. Sang raja telah tua dan sebentar lagi jabatan usai sudah. Siapa saja pantas untuk memimpin negeri penuh harapan, tetapi raja telah menjadi idola rakyat. Tak mungkin raja tergoyahkan dan dihentikan dari jabatan. Namun, menteri kehutanan berharap dia akan menggantikan. 

Sang raja diam dan mendengarkan dengan saksama. Para menteri pun terdiam dan tak mampu berbuat apa-apa. Baginya sang raja telah berkuasa dengan arif dan bijaksana, dan layak melanjutkannya sebagai penguasa. Namun, menteri kehutanan tak puas, ia menganggap sang raja harus segera digantikannya. Teriakan itu semakin keras, tetapi tak seorang pun membalas.

Baginya sang raja telah berkuasa dengan arif dan bijaksana, dan layak melanjutkannya sebagai penguasa.

Saat semua terdiam, dua orang  menteri berdiri dan mengajak menteri yang lain untuk bangkit.  Tiga menteri itu tampak berdiri, sementara menteri-menteri yang lain duduk dan mememperhatikan penuh pertanyaan. Ketika menteri itu mulai memandang satu sama lain, sebuah kode dari matanya terpancar, saatnya mulai berbicara.

Ketiga menteri itu mulai berbicara. Ketiganya mulai berbicara berapi-api. Permainan tentang perebutan kekuasaan seolah mulai terdengar. Ada ketidakpuasan yang tersembunyi. Ada kebencian yang tersembunyi. Ada keinginan untuk berkuasa yang tak terdengarkan. Kekuasan-kekuasaan seolah mulai diperebutkan meski rakyat tak menghendakinya. Semuanya mulai bergulat dalam kata-kata, perjuangan kata-kata untuk membuktikan kekuasaaan. 

Para menteri mulai menggeliat, resah mendengar cacian ketiga menteri. Sementara sang raja tetap terdiam dan seolah memberikan beribu kesempatan untuk mencaci maki dirinya. Kobaran semangat untuk menyebarkan ketidakbenaran seolah bersambungan terucap dari ketika tokoh itu. Sementara yang hadir tetap saja diam dan mendengarkan. 

Undangan pesta itu terlupakan karena menteri-menteri berperan dalam drama berkepanjangan. Sebuah adegan perebutan kekuasaan tergambar meski tak begitu jelas. Semuanya memerankan kepentingan masing-masing dan mengamankan kekuasaan masing-masing. Namun, sang raja kini berdiri dan terus memperhatikan ketika menteri yang sedang bermain api. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun