Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Puncak Keraguan untuk Mencapai Tujuan

25 Juli 2023   21:27 Diperbarui: 25 Juli 2023   21:40 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donor darah (Dokpri)

Antrean. Antrean panjang sebuah kegiatan tampak di depan pintu kelas. Sebuah lembaran hijau menandai kepedulian setiap peserta serius peduli pada sesama. 

Di depan pintu seorang laki-laki muda dengan ramah menyodorkan secarik kertas hijau. Tampak beberapa wanita bertanya tentang isian yang harus dilengkapi. Beberapa lelaki muda pun tampak menunggu antrean di depannya untuk mengambil formulir pendaftaran sebuah kegiatan donor darah.

Acara donor darah seringkali diseledanggarakan berbagai organisasi. Sebuah ajakan nyata agar masayaraat selalu membuktikan kepeduliannya terhadap orang lain dengan cara nyang sederhana. membagi anugerah kesehatan dan anugerah darah yang didapatkan gratis dari Sang Pencipta. Sebuah kemauan yang terkadang begitu sulit untuk dilakukan. Bahkan terkadang menjadi arena perdagangan untuk mengeruk keuntungan. 

Formulit pun harus dilengkapi. Sebuah KTP harus disiapkan. Mencermati formulis harus saksama agar tidak ada satupun informasi yang salah. Karena ada begitu pertanyaan yang harus kita jawab sesuai rtiwayat kesehatan yang pernah kita alami. Tidak sampai setengah jam, formulir pun lengkap. Sementara antrean peserta di depan pintu terus saja memenuhi ruangan. 

Ketika formulir selesai dilengkapi, sebuah meja di selasar sebuah keals sudah bersiap untuk melakukan pengecekan tekanan darah. Seperti kebaisaannya sebelumnya, tidak ada. Kekawatiran untuk menjalani pemerikasanan tekanan darah. Meski terkadang banyak peserta donor darahyang gagal untuk mengikuti kegiatan ini, biasanya bukan harena ada masalah dengan golongan darah, tetapi lebih banyak karena Hb darah kita. 

Pemeriksaan tensi 

Sebuah alat pemeriksaan tekanan darah dipasang pada lengan kanan. Seorang perawat dengan sigap memasangkan alat pengukut tekanan darah. Setelah siap, sebuah tombol di tekan. Perlahan-lahan lengan mulai tertekan dan semakin kencang tertekan. Setelah beberapa detik, beberapa angka pun muncul di sebuah layar; 157/104. Dengan sebuah pulpen hitam, perawat itu pun menulis pada lembar hijau. 

Padahal sebelum pandemi, kegiatan rutin donor darah selalu dilakukan setia tiga bulan. Pandemi ternyata membaca kekawatiran sehingga tiga tahun tidak pernah melakukan donor darah.

Penjelasan singkat disampaikan. Sebuah ancaman tidak bisa mengikuti proses donor berikutnya. Maka, perawat itu pun menyarankan untuk beristirahat selama lima menit. Sebuah kekecewaan jika sampai tidak berhasil untuk mengikuti donor darah di hari ini karena donor terakhir dilakukan tiga  tahun yang lalu. Padahal sebelum pandemi, kegiatan rutin donor darah selalu dilakukan setiap tiga bulan. Pandemi ternyata membawa kekawatisan sehingga tiga tahun tidak pernah melakukan donor darah. 

Selama hampir sepuluh menit beristirahat, berharap tekanan darah akan turun dampai ke titik normal. Namun, ketika alat pengukur otomatis itu dipasangkan kembali dan mulai diukur, ternyata angka di alat pengukur itu tetap menunjukkan 148/94. Artinya donor tidak bisa dilakukan. tetapi perawat itu pun akhirnya memberi saran untuk dilakukan pengukuran dengan alamat pengukur tekanan manual. Mungkin saja alat ukur yang ada sudah tidak sesuai. 

Mungkin saja niat baik hari ini harus berakhir dengan kegagalan.  Donor tak jadi dilakukan. Sementara waktu donor yang ke-75 ini bisa jadi tidak akan bisa berlangsung dalam waktu dekat ini. Pengukuran harus dilakukan kembali agar keinginan menjadi pendonor tuntas sudah. 

Ruang kelas 

Sebuah ruang kelas yang disulat menjadi tempat utama kegiatan donor masih terlihat cukup ramai. Sebuah keraguan selalu muncul dan menyelimuti suasana hati di hari itu.Keinginan keras untuk menjadi pendonor bisa saja sirna karena syarat yang tak bisa terpenuhi. Sekali lagi harus dicoba, pengukuran tekanan dan Hb harus dilakukan. 

Setelah proses pengisian dan pengecekan identitas selesai, pemerikasanan teksi dilakukans seorang dokter dari PMI. Sebuah keraguan bisa lolos dari syarat ini karena angka sebelumnya yang begitu tinggi. Benar saja, ternyata setelah diukur masih menampakkan 145/100. Dokter itu mencoba sekali lagi dan ternyata hasilnya masih 140/98. Pengukuran dilakukan lagi dan ternyata hasilnya 130/80. Sebuah kondisi normal setelah sekian kali pengukuran dilakukan. 

Dengan hasil 130/80, dokter itupun menuliskan hasilnya poda formulir pendaftaran. Dengan hasil ini, tentunya proses donor bisa dilakukan. Setelah pemeriksaan Hb selesai dan hasil yang masih terpenuhi, menunggu giliran untuk diambil darah rasanya begitu melelahkan. Sebuah kekawatiran yang terjadi hampar satu jam mengikuti seluruh proses yang harus dijalani. Tidak seperti biasa, kegiatan donor darah kali ini benar-benar menegangkan. 

Antrean untuk diambil darah pun berlangsung beberapa saat. Setelah tiba saatnya diambil darah, tumbuh terasa begitu lunglai karena dipenuhi kekawatiran. Akhirnya, sebentar terbaring di sebuah ruang.  Perawat mulai  memasangkan alat di lengan kiri dan setelah jarum ditusukkan di lengan kiri, darah pun mengalir dengan begirtu kuat.

Tidak sampai setengah jam, proses pengisian kantong darah 350mm selesai. Aliran darah terasa begitu kuat dan menyelesaikan segala kekawatiran di hari itu. Kini darah itu akan mengalir kepada mereka yang mungkin dilanda begitu kuat kekawatiran karena beragam penyakit yang menimpa. 

Semoga darah itu tetap mengalir, membawa kebaikan bagi yang membutuhkan. Darah itu akan terus mengalir dan menguatkan kahidupan yang seringkali mengecewakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun