Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gunungkidul Kini: Kesurupan di Arena Pertunjukan

6 Juli 2023   08:33 Diperbarui: 6 Juli 2023   08:38 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peonton memadati pertunjukan jathilan (Dokpri)

Desa telah bersih. Kini, masyarakat mulai sibuk memasak beragam masakan tradisional yang akan disajikan dalam kenduri atau tumpengan bersih desa. Setiap keluarga akan membawa perlengkapan kenduri yang biasanya berupa nasi, sayur dan lauk yang ditemaptkan di dalam baskom atau penampan. Kenduri biasanya dilakukan di balai desa atau balai dusun. Seluruh masyarakat akan berkumpul untuk mendoakan makanan yang dibawa dan disajikan dalam kenduri. Sebagai ujud syukur atas segala anugerah kehidupan, rezeki dan juga permohonan perlindungan untuk seluruh desa, kenduri menjadi lambang semakin menguatkan kepedulian warga dengan alam dan dengan warga lain, sekaligus membersihkan halangan atau kesusahan yang terjadi agar kehidupan seluruh warga tenang dan tenteram.

Sebagai ujud syukur atas segala anugerah kehidupan, rezeki dan juga permohonan perlindungan untuk seluruh desa, kenduri menjadi lambang semakin menguatkan kepedulian warga dengan alam dan dengan warga lain, sekaligus membersihkan halangan atau kesusahan yang terjadi agar kehidupan seluruh warga tenang dan tenteram.

Biasanya setiap desa atau dusun yang menggelar ritual bersih desa tidak hanya meleksanakan kenduri saja. Acara semacam pawai ogoh-0g0h, beragam tarian tradisional, ragam kostum, reog, dan beragam bawaan dari hasil alam ikut menyemarakkan pawai. Masyarakat akan berjalan mengelilingi  desa atau dusun sambil berdoa. Setelah pawai, ada sebagian desa yang menggelar  pertunjukan-pertunjukan seni dan budaya, misalnya jathilan, kethoprak, atau wayang orang. 

Prosesi bersih desa di Dusun Mengger

Mengikuti prosesi bersih desa di Dusun Mengger, Desa Kelor, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, Yogyakarta pada tanggal 27 Juni 2023 sungguh sebuah pengalaman menarik. Antusiame warga untuk mengikuti semua rangkaian bersih desa sungguh sebuah pengalaman nyata di tengah semakin individualisnya masyarakat desa. Maryarakat bersatu padu untuk menyelenggaran beragam kegiatan, dan salah satu yang menarik adalah pertunjukan jathilan. Pertunjukan yang selalu dinanti-nantikan dalam setiap bersih desa. 

Pukul 13.00 WIB pertunjukan jathilan dari kelompok Seni jathilan Tri Margo Utomo dari Dusun Trenggon, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul pun dimulai. Dalam sebuah arena yang dibatasi bambu-bambu itu, penari-penari dengan lincan menari dengan didiringi alunan gamenan yang semakin lama semakin cepat. Irama ritmis gamelan terus menggugah penari-penari mulai menunjukkan segala kemampuan hingga seluruh pemain kesurupan. Inilah yang selalu ditunggu-tunggu penonton yang telah memadati area balai dusun. 

Irama ritmis gamelan terus menggugah penari-penari mulai menunjukkan segala kemampuan hingga seluruh pemain kesurupan. Inilah yang selalu ditunggu-tunggu penonton yang telah memadati area balai dusun. 

Kesenian jathilan berasal dari kalimat berbahasa Jawa ,"jaranne jan thil-thillan tenan," yang jika dialihkan ke Bahasa Indonesia menjadi, "Kudanya benar-benar joget tak beraturan." Joget beraturan (thil-thillan) ini memang bisa dilihat pada kesenian jathilan utamanya ketika para penari telah kerasukan. Memang tak ada sejarah yang secara tertulis bisa dijadikan penjelasan pastinya, namun berbagai cerita verbal dari mulut ke mulut masih bisa didengar dari orang-orang yang akrab dengannya. Seterusnya cerita yang terus menerus terdengar itu menjadi turun temurun bisa diceritakan kepada generasi selanjutnya. Dari cerita tersebut bisa diperoleh pemaparan bahwa jathilan adalah sebuah kesenian yang mengisahkan sebuah perjuangan Raden Fatah dibantu Sunan Kalijaga dalam melawan penjajahan Belanda. Sebagaimana yang kita ketahui Sunan Kalijaga adalah sosok yang acap menggunakan budaya, tradisi dan kesenian sebagai sarana pendekatan kepada rakyat, maka cerita perjuangan dari Raden Fatah digambarkan dalam bentuk seni tari Jathilan.(1)

Pertunjukan wayang kulit dalam rangka bersih desa (Dokpri)
Pertunjukan wayang kulit dalam rangka bersih desa (Dokpri)

Penonton mulai riuh ketika penari-penari mulai memperlihatkan tarian yang tidak biasa. Ada sebagian penari yang menirukan tingkah  binatang; ular, monyet, harimau, singa bahkan buaya. Di tengah tarian-tarian tak beraturan  itulah, penari-penari itu mulai makan bunga, ranting pohon, kemenyan, tanah, dan kaca. Penonton terkesima, sambil merekam beragam adegan itu dengan telepon pintarnya. Penoton terdiam, terkesima dengan kekuatan luar biasa yang muncul dalam diri setiap penari.  

Tak satu pun penonton beranjak saat penari-penari itu mengerakkan badannya tanpa aturan.  Semua berjalan seolah-olah di luar kendali hingga sang pawang mulai mengajak satu per satu penari untuk disadarkan. Satu per satu penari itu mulai di sadarkan. Kini setiap penari lemah lungkai tak lagi mempunyai tenaga hingga satu per satu harus dibopong keluar arena pertunjukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun