Bersih desa. Kesatuan manusia dan alam begitu lekat dalam serangkaian cara hidup nan abadi. Sebuah hubungan yang tak bisa dilepaskan yang terkadang membuat ketidaksadaran manusia melumpuhkan segala kehidupan. Â
Manusia tidak bisa dilepaskan dari alam semesta. Begitu tergantungnya manusia akan alam terkadang melupakan kebaikan-kebaikan alam. Munculnya banyak bencana terkadang dianggap sebagai hukuman, meski sebenarnya adalah ulah manusia yang  merusak kebaikan alam. Kesadaran akan hubungan manusia dan alam inilah yang selalu dijaga dan dirawat melalui berbagai cara hidup manusia. Merawat, memelihara, dan memperbaiki alam sekeliling selalu menjadi cara manusia hidup.
Manusia perlu terus-menerus menumbuhkan kesadaran ekologis bahwa alam adalah sahabat yang harus terus dijaga. Kesadaran akan akan kepedulian untuk terus-menerus memperbaiki alam adalah sebuah bentuk menghargai karya Sang Pencipta. Di sinilah upaya terus- menerus harus dilakukan agar kehidupan manusia tak terhenti.
Alam telah menyediakan begitu banyak anugerah hidup. Bersyukur atas segala kehidupan perlu dirayakan. Untuk itulah, sebuah tradisi bersih desa dengan segala macam bentuknya banyak  ditemui di berbagai wilayah di Indonesia. Tradisi bersih desa yang telah dilakukan beratus-ratus tahun lalu adalah sebuah ritual yang menandai kesatuan antara umat manusia dengan alam raya. Wujud syukur atas hasil panen, kelimpahan kesehatan, kesejahteraan warga biasanya diwujudkan dalam segala macam ritual; kenduri, sesaji, beragam pertunjukan dan tradisi mistik. Beragam ritual yang dilakukan adalah wujud terima kasih atas segala berkat yang diberikan kepada seluruh warga desa sekaligus memohon perlindungan, keselamatan, dan kesejahteraan seluruh warga.Â
Beragam ritual yang dilakukan adalah wujud terima kasih atas segala berkat yang diberikan kepada seluruh warga desa sekaligus memohon perlindungan, keselamatan, dan kesejahteraan seluruh warga.
Ritual bersih desaÂ
Ritual bersih desa sendiri biasanya dilaksanakan satu kali dalam setahun setelah musim panen tiba. Â Tradisi bersih desa umumnya dilaksanakan menurut kesepakatan warga setempat dan dilakukan secara turun-temurun dari zaman nenek moyang. Hari pelaksanaan dipilih oleh sesepuh desa berdasarkan kesepakatan dan tradisi-tradisi sebelumnya. Untuk itulah, biasanya setiap desa memiliki hari baik atau hari sakral untuk melaksanakan ritual bersih desa.
Ritual bersih desa biasanya terdiri terdiri dari beberapa tahapan. Masyarakat mengawali bersih desa dengan  kerja bakti membersihkan seluruh lingkungan; mengecat pagar, membenahi jalan, membersihkan selokan, merapikan tanaman dan bebersihkan pos ronda desa. Beberapa desa yang dekat dengan makan, biasanya juga membersihkan arena makan. Ada juga beberapa warga yang membersihkan dan merawat makan-makan keramat, terutama makam-makam leluhur dan makam tokoh  masyarakat desa.Â
Desa telah bersih. Kini, masyarakat mulai sibuk memasak beragam masakan tradisional yang akan disajikan dalam kenduri atau tumpengan bersih desa. Setiap keluarga akan membawa perlengkapan kenduri yang biasanya berupa nasi, sayur dan lauk yang ditemaptkan di dalam baskom atau penampan. Kenduri biasanya dilakukan di balai desa atau balai dusun. Seluruh masyarakat akan berkumpul untuk mendoakan makanan yang dibawa dan disajikan dalam kenduri. Sebagai ujud syukur atas segala anugerah kehidupan, rezeki dan juga permohonan perlindungan untuk seluruh desa, kenduri menjadi lambang semakin menguatkan kepedulian warga dengan alam dan dengan warga lain, sekaligus membersihkan halangan atau kesusahan yang terjadi agar kehidupan seluruh warga tenang dan tenteram.
Sebagai ujud syukur atas segala anugerah kehidupan, rezeki dan juga permohonan perlindungan untuk seluruh desa, kenduri menjadi lambang semakin menguatkan kepedulian warga dengan alam dan dengan warga lain, sekaligus membersihkan halangan atau kesusahan yang terjadi agar kehidupan seluruh warga tenang dan tenteram.
Biasanya setiap desa atau dusun yang menggelar ritual bersih desa tidak hanya meleksanakan kenduri saja. Acara semacam pawai ogoh-0g0h, beragam tarian tradisional, ragam kostum, reog, dan beragam bawaan dari hasil alam ikut menyemarakkan pawai. Masyarakat akan berjalan mengelilingi  desa atau dusun sambil berdoa. Setelah pawai, ada sebagian desa yang menggelar  pertunjukan-pertunjukan seni dan budaya, misalnya jathilan, kethoprak, atau wayang orang.Â
Prosesi bersih desa di Dusun Mengger
Mengikuti prosesi bersih desa di Dusun Mengger, Desa Kelor, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, Yogyakarta pada tanggal 27 Juni 2023 sungguh sebuah pengalaman menarik. Antusiame warga untuk mengikuti semua rangkaian bersih desa sungguh sebuah pengalaman nyata di tengah semakin individualisnya masyarakat desa. Maryarakat bersatu padu untuk menyelenggaran beragam kegiatan, dan salah satu yang menarik adalah pertunjukan jathilan. Pertunjukan yang selalu dinanti-nantikan dalam setiap bersih desa.Â
Pukul 13.00 WIB pertunjukan jathilan dari kelompok Seni jathilan Tri Margo Utomo dari Dusun Trenggon, Desa Sidorejo, Kecamatan Ponjong, Gunungkidul pun dimulai. Dalam sebuah arena yang dibatasi bambu-bambu itu, penari-penari dengan lincan menari dengan didiringi alunan gamenan yang semakin lama semakin cepat. Irama ritmis gamelan terus menggugah penari-penari mulai menunjukkan segala kemampuan hingga seluruh pemain kesurupan. Inilah yang selalu ditunggu-tunggu penonton yang telah memadati area balai dusun.Â
Irama ritmis gamelan terus menggugah penari-penari mulai menunjukkan segala kemampuan hingga seluruh pemain kesurupan. Inilah yang selalu ditunggu-tunggu penonton yang telah memadati area balai dusun.Â
Kesenian jathilan berasal dari kalimat berbahasa Jawa ,"jaranne jan thil-thillan tenan," yang jika dialihkan ke Bahasa Indonesia menjadi, "Kudanya benar-benar joget tak beraturan." Joget beraturan (thil-thillan) ini memang bisa dilihat pada kesenian jathilan utamanya ketika para penari telah kerasukan. Memang tak ada sejarah yang secara tertulis bisa dijadikan penjelasan pastinya, namun berbagai cerita verbal dari mulut ke mulut masih bisa didengar dari orang-orang yang akrab dengannya. Seterusnya cerita yang terus menerus terdengar itu menjadi turun temurun bisa diceritakan kepada generasi selanjutnya. Dari cerita tersebut bisa diperoleh pemaparan bahwa jathilan adalah sebuah kesenian yang mengisahkan sebuah perjuangan Raden Fatah dibantu Sunan Kalijaga dalam melawan penjajahan Belanda. Sebagaimana yang kita ketahui Sunan Kalijaga adalah sosok yang acap menggunakan budaya, tradisi dan kesenian sebagai sarana pendekatan kepada rakyat, maka cerita perjuangan dari Raden Fatah digambarkan dalam bentuk seni tari Jathilan.(1)
Penonton mulai riuh ketika penari-penari mulai memperlihatkan tarian yang tidak biasa. Ada sebagian penari yang menirukan tingkah  binatang; ular, monyet, harimau, singa bahkan buaya. Di tengah tarian-tarian tak beraturan  itulah, penari-penari itu mulai makan bunga, ranting pohon, kemenyan, tanah, dan kaca. Penonton terkesima, sambil merekam beragam adegan itu dengan telepon pintarnya. Penoton terdiam, terkesima dengan kekuatan luar biasa yang muncul dalam diri setiap penari. Â
Tak satu pun penonton beranjak saat penari-penari itu mengerakkan badannya tanpa aturan. Â Semua berjalan seolah-olah di luar kendali hingga sang pawang mulai mengajak satu per satu penari untuk disadarkan. Satu per satu penari itu mulai di sadarkan. Kini setiap penari lemah lungkai tak lagi mempunyai tenaga hingga satu per satu harus dibopong keluar arena pertunjukan.Â
Tetap mempertahankan seni budaya
Pertunjukan jahilan belum selesai. Waktu semakin sore, pertunjukan masih terus menghipnotis warga yang melihat, bahkan penonton tampak semakin memadari arena pertunjukan jathilan. Â Pukul lima, irama gamelan mulai meredup, cahaya matahari mulai memerah, kegelapan mulai hadir, pertunjukan jathilan perlahan-lahan usai. Â
Namun, pertunjukan jathilan bukan akhir acara bersih desa. Pada malam hari, pukul 21.00 irama gamelan di Balai Dusun Mengger  mulai hadir menusuk malam nan dingin, mengawali pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Widiatmoko dengan lakon Pendowo Kumpul pun begitu ramai dihadiri warga Dusun Mengger. Pagelaran wayang ini sekaligus menutup rangkaian acara bersih Dusun Mengger.Â
Bersih desa  masih tetap eksis di tengah hiruk-pikuk kesibukan masyarakat. Kini, kehadirannya bukan hanya  mempersatukan warga desa dalam keharmonisan sebagai keluarga, tetapi menjadi arena untuk memperbaiki  relasi dengan alam sekitar dan juga mempertahankan seni budaya yang terus tergerus kuatnya perkembangan teknologi dan budaya bangsa lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H