Aku menyatukan diri dalam sekumpulan insah tak berdaya. Menjadi pembaharu bukan hanya bagi sekeliling, tetapi bagi diri yang utama. Mengubah pribadi semakin memakna, membangun diri semakin kokoh. Dalam pribadi segala diubah dan diperbaharui. Karena Dia hadir dalam roh-roh keabadian.Â
Dia membimbing, meneguhkan, menguatkan kita dalam segala hal. Dia membentuk dalam karakter, membentuk pribadi bagi sesama. Karena karunia melibatkan umat untuk dunia nyata. Semestinya sapaan cinta itu terus menguatkan kita yang selalu merasa berduka. Bahkan menjadi cara untuk melayani sesama.Â
Kita menerima kemuliaan agar mampu menjadi sahabat bagi sesama. Kita menerima kebaikan agar mampu menguatkan mereka yang menderita. Kita menerima karunia agar menjadi pelita kegelapan dunia. Kita tak berhenti dalam melihat diri dan membangkitkan semua untuk semua yang diciptakan-Nya.Â
Pentakosta
Dalam segenap hari ini, kita menerima kasih tak terkira agar berbagi kasih itu untuk sesama. Kita menerima sukacita agar tidak melupakan sukacita untuk sesama. Kita mendapatkan kedamaian agar tidak lupa berdamai untuk semua umat manusia. Kita mendapatkan kesabaran agar tidak ada kemarahan yang membabi buta.Â
Kita mendapatkan kemuraan hati agar kita mempunyai kesanggupan untuk berbagi. Kita menerima kebaikan agar menyebarkan kabar baik bagi sesama. Kita menerima kesetiaan agar selalu menciptakan kepaduan dan kesatuan. Kita merasakan kelemahlembutan agar tumbuh kepedulian.Â
Kita tidak menjadi manusia penyendiri dan hanya menghadirkan diri. Kini, dalam Pentakosta, berbagi kasih adalah menjawab sapaan sejati. Karena Dia hadir dalam hati dan segenap jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H