Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Surat untuk Tuhan: Dalam Hati dan Segenap Jiwa

28 Mei 2023   22:20 Diperbarui: 28 Mei 2023   22:27 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terang cahaya (Sumber: Svetlanabar-Pixabay.com)

Tuhan. Dalam segenap alam semesta raya, gaung suara berkumandang menyebut-Nya. Dunia bergetar mengalunkan nyanyian-nyanyian sapaan cinta. Dalam kebersamaan menanti kebajikan dan sapaan. 

Untuk Tuhan dalam segalanya. 

Segenap manusia berkumpul. Pada sebuah keheningan doa-doa terucap, terus menengadah dalam kehendak sukma. Lidah-lidah api terasa begitu kuat memanaskan sekujur tubuh insan berdosa, menghilangkan kesengsaraan karena hadirnya penyelamat dunia. Meski semuanya berbicara dalam bahasa yang berbeda, meski semua manusia berdoa dengan cara yang tak sama, menuju Sang Pencipta, kita menghadirkan karunia. 

Mengikuti

Hari ini lahir kembali manusia-manusia bersih, mengikuti Sang Penyelamat bangkitkan kehidupan kembali. Karena setiap jejak terus tercipta, menjadi buah-buah kasih bagi sesama. Roh kebajikan itu turun menyelamatkan umat manusia dalam kekudusan berkuasa atas dosa. 

Pagi ini, doa-doa menggema, memuji Dia tak henti. Dalam setiap kata terus tak henti memuji nama-Nya. Dunia terpenuhi dalam kekuatan kebajikan, mengarahkan pada karya cipta-Nya. Setiap kisah dalam selalu mewartakan pesan penyelamatan dan keselamatan umat manusia. Hadirkan dalam kekuatan-kekuatan untuk semakin menguatkan karya indah dunia. 

Kita mempertahankan persatuan dalam jutaan insan, mempersatukan dalam tubuh yang tercipta, katrena begitu dekatrnya karya Sang Penmcipta. Terkadang kita merasa bahwa setiap perbedaan memisahkan manusia, terkadang kita merasa bahasa tak mampu menyatukan umat manusia, terkadang kita merasa budaya kokoh tak tergoyahkan membelenggu kita, terkadng kita merasa dalam latar belakang yang beragam, kita tak sanggup bermakna. 

Karena dalam roh kebajikan yang hadir untuk segala bangsa itulah, segala keimanan dan kasih mempersatukan umat manusia. 

Perubahan Diri

Aku menyatukan diri dalam sekumpulan insah tak berdaya. Menjadi pembaharu bukan hanya bagi sekeliling, tetapi bagi diri yang utama. Mengubah pribadi semakin memakna, membangun diri semakin kokoh. Dalam pribadi segala diubah dan diperbaharui. Karena Dia hadir dalam roh-roh keabadian. 

Dia membimbing, meneguhkan, menguatkan kita dalam segala hal. Dia membentuk dalam karakter, membentuk pribadi bagi sesama. Karena karunia melibatkan umat untuk dunia nyata. Semestinya sapaan cinta itu terus menguatkan kita yang selalu merasa berduka. Bahkan menjadi cara untuk melayani sesama. 

Kita menerima kemuliaan agar mampu menjadi sahabat bagi sesama. Kita menerima kebaikan agar mampu menguatkan mereka yang menderita. Kita menerima karunia agar menjadi pelita kegelapan dunia. Kita tak berhenti dalam melihat diri dan membangkitkan semua untuk semua yang diciptakan-Nya. 

Pentakosta

Dalam segenap hari ini, kita menerima kasih tak terkira agar berbagi kasih itu untuk sesama. Kita menerima sukacita agar tidak melupakan sukacita untuk sesama. Kita mendapatkan kedamaian agar tidak lupa berdamai untuk semua umat manusia. Kita mendapatkan kesabaran agar tidak ada kemarahan yang membabi buta. 

Kita mendapatkan kemuraan hati agar kita mempunyai kesanggupan untuk berbagi. Kita menerima kebaikan agar menyebarkan kabar baik bagi sesama. Kita menerima kesetiaan agar selalu menciptakan kepaduan dan kesatuan. Kita merasakan kelemahlembutan agar tumbuh kepedulian. 

Kita tidak menjadi manusia penyendiri dan hanya menghadirkan diri. Kini, dalam Pentakosta, berbagi kasih adalah menjawab sapaan sejati. Karena Dia hadir dalam hati dan segenap jiwa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun