Mahasiswa sering kali harus drop out karena melanggar ketentuan yang berlaku di perguruan tinggi, persoalan akademis seperti nilai ujian yang tidak mencapai standar minimal program studi, IPK tidak memenuhi standar.
Belum lagi berbuat kecurangan seperti memanipulasi nilai dan melakukan plagiat, keterlambatan atau penunggakan biaya kuliah, dan tidak mampu menyelsaikan skripsi, serta  pelanggaran kriminal, seperti penyalahgunaan narkotika, pencurian, dan lain sebagainya.
Kisah menyelesaikan skripsi
Sebuah perjalanan panjang dalam menyusun skripsi tidak terlalu indah untuk dikenangkan. Saat itu, komputer belum menjadi bagian hidup seperti sekarang.Â
Menyusun lembar demi lembar skripsi harus dilakukan dengan upaya keras sampai tetes darah penghabisan. Bagaimana tidak, untuk menulis dalam satu halaman saja, perencanaan panjang harus dibuat.Â
Apa yang mesti ditulis dalam satu kalimat, dalam satu paragraf. Karena membaut skripsi dengan mesin tik tidak secanggih komputer seperti sekarang.Â
Memastikan setiap kalimat baik dan tepat, memastikan setiap paragraf sempurna, dan memastikan dalam satu halaman tidak ada kesalahan sedikitpun adalah sebuah pekerjaan yang menguji nyali dan menguji hati.Â
Maka, setiap kali mulai menulis dalam rangkaian kata dan kalimat, menyusun skripsi selalu dibarengi dengan serangkaian doa.Â
Skripsi tidak banyak kesalahan, tulisan tidak banyak dikoreksi pembimbing, dan isi layak dibawa orang lain. Karena skripsi ini akan selalu dipamerken di perpustakaan, siapapun akan melihat sebagai sebuah rujukan bermutu dan layak diapresiasi.Â
Semangat membuat lembaran skripsi harus terus dipupuk dan ditumbuhkan. Tidak berhenti dan terus berpikir harus dibarengi dengan usaha keras untuk membaca berbagai referensi.Â
Menyusun skripsi berarti menunjukkan bukti bahwa perpustakaan menjadi rumah kedua yang setiap hari dituju. Tanpa perpustakaan, apa yang kita pikirkan mungkin akan begitu dangkal.Â