Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tahun Ini Tidak Ada THR Untuk Kami

15 April 2023   22:00 Diperbarui: 15 April 2023   22:01 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
THR (Sumber: Anja-Pixabay.com)

THR. Keramaian Hari Raya segera tiba. Kegembiraan dihadirkan dalam kebersamaan yang takkan terusik walaupun berbagai peristiwa seolah meluluhlantahkan sebuah harapan. Tahun ini tidak ada THR untuk kami. 

Di rumah kami tinggal empat anggota keluarga; bapak, ibu, anak laki-laki, dan seorang anak perempuan. Kedua anak kecil itu memang masih sekolah di tingkat dasar. Sementara kedua orang tuanya bekerja pada sebuah perusahaan yang sama. Seorang yang disebut pembantu, seorang perempuan tua, biasanya menjaga kedua anak itu ketika kedua orang tuanya harus membanting tulang bekerja setiap hari. 

Beda 

Di rumah itu, setiap hari juga kedatangan seorang laki-laki tua yang membantu beberapa pekerjaan rumah; bersih-bersih kebun yang tidak begitu luas, membersihkan kolam kecil, dan mempersihkan sudut-sudut rumah yang lain. 

Kedua orang istimewa itulah yang sebenarnya setiap hari menjadi ibu dan bapak bagi anak-anak. Keluarga ini memang sebuah keluarga Katolik. Meski kedua orang tua itu bukan beragama Katolik tetapi kebersamaan kami adalah kebersamaam sebagai keluarga.   Kedua orang tua ini memang beragama Islam. 

Hari Raya menciptakan kebahagiaan bukan hanya dalam lingkungan rumah. Hari Raya selalu ditunggu-tunggu oleh kedua orang tua ini, meski tak pernah pulang kampung. Mereka tinggal di sebuah kampung kecil di ujung perumahan. 

THR

Dua minggu sebelum Hari Raya biasanya kami memanggil mereka sebelum kembali ke rumahnya. Sore hari, beberapa tas plastik sembako dan kue-kue selalu dibawakan untuk persiapan Hari Raya. Tunjangan hari raya, satu bulan gaji selalu dibagi untuk mereka berdua. Tampak kebahagiaan selalu muncul dari wajah-wajah mereka. Itulah kegembiraan kami, membuat kedua orang tua itu begitu gembira ketika Hari Raya. 

Namun, tahun ini sebuah cerita sedih terjadi. Perusahan tempat kerja kami dilanda berbagai masalah. Petinggi-petinggi melarikan diri membawa uang kami, membawa gaji kami. Mereka melarikan diri keluar negeri, hingga petinggi perusahan harus diganti. Petinggi-petinggi perusahaan diganti, peraturan diganti, dan sebagian dari kami harus dipecat tanpa pesangon. Perusahan rugi dan tak  sanggup menggaji. Jangankan THR, gaji sebagian bekerja pun harus dipotong begitu tinggi. Itulah nasib kami menjelang Hari Raya.  

Mungkin Hari Raya tahun ini akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.  Ketika kami menerima THR,  THR itulah yang  selalu kami bagi untuk kedua orang tua istimewa yang membantu keluarga, menjadi bapak dan ibu bagi anak-anak kami. Nasib kami tahun ini memang apes. Tidak ada THR untuk kami dan kami pun terancam tak bisa mudik. 

Usaha 

Namun, kami tak boleh berputus ada. Kebahagiaan orang-orang yang mencintai, seperti kedua orang tua ini tidak boleh terhenti. Apalagi menjelang hari raya, mungkin kedua orang tua ini sudah menyiapkan berbagai rencana untuk anak-anaknya di rumah; menyiapkan pakaian baru, menyiapkan hadiah baru, menyiapkan makanan, dan menyiapkan apapun untuk saudara dan tetangga kampung. Maklum, satu kampung di ujung perumahan itu memang masih sangat dekat satu sama lain. Kebahagiaan satu keluarga dinikmati juga oleh keluarga yang lain. 

Kebahagiaan seorang yang telah berjuang keras membantu keluarga harus dibela. Maka, pagi ini, sebuah mobil yang jarang dipakai di garasi yang biasanya kami gunakan untuk mudik terpaksa harus digadaikan. Ya, kami berencana menggadaikan mobil tua itu untuk kami menyambung hidup menjelang Hari Raya, memberikan THR untuk orang-orang istimewa yang telah membantu kami. 

Tahun ini, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Mudik tidak akan terjadi. Namun, kami tetap akan membahagiaan kedua orang yang telah mengambil peran istimewa dalam keluarga kami. 

Kebahahagiaan orang tua itu tampak ketika kami memberikan sekantong sembako dan THR yang seharusnya diterima. Keluarga ini memang tidak merayakan Hari Raya, tetapi keluarga ini telah membuat Hari Raya orang lain bermakna. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun