Jika sekolah memang mengakomodasi minat bakat, kemampuan dan perkembangan karakter, selayaknya kenaikan kelas menjadi bonus bagi setiap anak.Â
Namun, kenaikan otomatis ini dianggap bisa meruntuhkan wibawa sekolah, menurunkan kualitas sekolah. Seolah-olah sekolah menyamaratakan kemampuan setiap anak, atau sekolah hanya hidup dalam kepura-puraan; menaikkan anak yang tidak pantas naik.Â
Peran sekolahÂ
Sebenarnya disinilah peran sekolah yang sebenarnya. Sekolah harus benar-benar berpihak kepada siswa yang belum mampu mengembangkan dirinya.Â
Seorang anak yang tidak mampu mengikuti sebuah proses pembelajaran, sekolah dan guru wajib memberikan bimbingan, pendampingan sampai anak tersebut mampu menyesuaikan dengan anak yang lain.Â
Anak harus terus-menerus mendapat bimbingan, menggali pendalaman sehingga dirinya layak sejajar dengan siswa yang lain. Jangan sampai sekolah begitu saja meredam semangat juangnya.Â
Meskipun Kurikulum Merdeka memang masih menyisakan masalah, tetapi sebagai sebuah pembaharuan sudah selayaknya sekolah, guru dan pemangku kepentingan pendidikan selayaknya mengambil bagian agar kurikulum ini bukan hanya dipandang sebagai sebuah proyek tanpa pesan.Â
Bagaimanapun pendidikan harus tetap terfokus kepada anak didik. Sekolah harus tahu persis bagaimana setiap anak menunjukkan minat bakat, ketrampilan, kemampuan dan karakternya.Â
Cura personalis, sebuah uangkapan dalam bahasa latin yang berarti perhatian kepada setiap pribadi selayaknya menjadi cara hidup setiap sekolah dalam mendampingi setiap anak didiknya.Â
Jika sekolah-sekolah Kolese di Indonesia sudah melakukannya, selayaknya cara baik mendampingi siswa juga bisa dilakukan sekolah-sekolah lain. Salam perubahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H