Kedamaian desa itu ternyata terusik. Sebuah boneka besar di tengah sawah hilang dicuri. Penduduk resah, petani-petani pun khawatir sebuah masa kekelaman akan datang lagi. Ada kecurigaan di antara mereka, tapi petani-petani tidak mau saling tuduh. Mereka tidak mau dipecah belah oleh pengkhianat. Dalam keresahan mereka mulai mencari untuk menemukan sebuah boneka besar yang dipasang di sawah dan hilang tak ada jejaknya itu. Benar. Pencurian itu tidak ada jejak, tidak ada tanda-tanda. Boneka itu tiba-tiba saja menghilang. Boneka itu raib begitu saja. Boneka itu menghilang begitu saja.Â
Petani-petani mulai berusaha mencari. Sebagian menyusuri desa, sebagian pergi ke kota. Berkilo-kilo dicari, bermil-mil dicari. Namun, berhari-hari mencari boneka itu tidak ditemukan. Petani-petani akhirnya berpasrah diri.Â
Namun, tiba-tiba seroang anak kecil berlari. Ia berteriak menunjukkan sebuah layar kecil. Ia merasa telah menemukan orang-orangan sawah yang dicari warga desa petani itu. Ternyata, orang-orangan itu tiba-tiba begitu saja berada di tengah kota yang selalu dikunjungi ribuah turis, ribuan pelancong manca negara. Orang-orangan sawah itu berdiri dengan gagah dan menjaga sebuah desa di sebuah pulau nan indah, menjaga pulau itu dari tingkah polah turis mancanegara yang mulai menguasai pulau dan kota.Â
Orang-orangan sawah itu ternyata telah menemukan rumah barunya. Ia tidak lagi menakuti burung, ular, tikus, tetapi kini menakuti turis yang mulai bertingkah dan bertindak di luar nalar bak penguasa. Boneka-boneka itu, orang-orangan sawah itu menjaga rumah kita.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H