Jam 5 pagi. Keluarga selayaknya menjadi tempat utama untuk menempa hidup. Â Bagaimana seorang anak harus memulai belajar dan menampa diri, di rumahlah semuanya dimulai. Sekolah hakikatnya hanya melengkapi kompetensi seorang anak bukan malah membebani.Â
Masih ingat lagu Pak Soerjono atau Pak Kasur berjudul Bangun Tidur Kuterus Mandi? Lagu anak yang begitu populer dan begitu mudah untuk dinyanyikan seorang anak. Kurang lebih beginilah liriknya.Â
Bangun tidur kuterus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi kutolong ibu
Membersihkan tempat tidurku
Bangun tidur kuterus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi kutolong ibu
Membersihkan tempat tidurku
Bangun tidur kuterus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi kutolong ibu
Membersihkan tempat tidurku
Bangun tidur kuterus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi kutolong ibu
Membersihkan tempat tidurku
Bangun tidur kuterus mandi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi kutolong ibu
Membersihkan tempat tidurku
Sangat jelas, Pak Kasur menggambarkan bagaimana seorang anak belajar. Pengulangan-pengulangan lirik, bahasa nan mudah dan nasihat yang begitu kental, menjadi inti utama bagaimana seharusnya sebuah pendidikan dijalani seorang anak. Pendidikan itu memudahkan anak untuk belajar, memudahkan anak untuk menjalani hidup, menggembirakan anak untuk bersahabat dengan keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Pendidikan itu menggembirakan.Â
Pak Kasur pasti akan menangis melihat kondisi saat ini. Waktu anak untuk belajar di rumah direbut dan dikuasai karena kebijakan yang tidak pernah memikirkan situasi dan kondisi  si anak. Pendidikan seolah hanya sekolah yang benar. Pendidikan seolah hanya milik sekolah belaka. Pendidikan hanya hak sekolah saja. Keluarga tersingkir dari keterlibatan untuk pendidikan si anak. Maka, bukan hanya waktu saja yang dikuasai, tetapi pribadi si anak telah terenggut nyata. Sekolah seolah dianggap menjadi sebuah lembaga hebat yang mengubah karakter si anak.Â
Pak Kasur mungkin akan sedih melihat apa yang terjadi saat ini, apalagi dengan kebijakan masuk jam 5 pagi. Anak tak akan lagi sempat mandi pagi. Anak tidak akan sempat menggosok gigi. Anak tidak akan sempat membantu ibu di dapur. Anak tidak akan sempat mengobrol dengan ibu. Anak tidak akan sempat membersihkan tempat tidur. Ketrampilan anak untuk hidup mandiri hilang tergantikan oleh bermacam hafalan buku-buku pelajaran.Â
Maka, lirik apik lagu Bangun Tidur Kuterus Mandi mungkin akan berubah seperti ini. (Mohon maaf Pak Kasur, rangkaian kata lagu diubah sekadar menggambarkan kondisi saat ini, bukan untuk mengurangi kedalaman arti dan nilai dari asli lagu tersebut.) Â
Bangun tidur kuterus belajar
Buka buku terus ulangan
Habis belajar kutidur lagi
Sampai lupa menggosok gigi
Bangun tidur kuterus belajar
Buka buku terus ulangan
Habis belajar kutidur lagi
Sampai lupa menggosok gigi
Bangun tidur kuterus belajar
Buka buku terus ulangan
Habis belajar kutidur lagi
Sampai lupa menggosok gigi
Bangun tidur kuterus belajar
Buka buku terus ulangan
Habis belajar kutidur lagi
Sampai lupa menggosok gigi
Bangun tidur kuterus belajar
Buka buku terus ulangan
Habis belajar kutidur lagi
Sampai lupa menggosok gigi
Melalui lagu, Pak Kasur telah memberikan teladan bagaimana seharusnya seorang anak belajar. Belajar hidup dengan berbagai kebiasaan baik adalah sebuah proses belajar. Keluarga adalah tempat utama untuk seorang anak berkembang. Biarkan dia menjadi bagian keluarga, menjadi milik keluarga. Jangan sampai peran sekolah justru sebaliknya, menghancurkan anak dari kedekatan dengan keluarga. Selayaknya sekolah menjadi pendukung perkembangan karakter anak sekaligus melengkapi apa yang telah diusahakan oleh jutaan keluarga yang juga berjuang untuk pendidikan anak.Â
Pendidikan selalu menggembirakan. Maka, tanyakanlah kepada anak-anak, apakah sekolah jam 5 pagi itu menggembirakan?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H