Mohon tunggu...
Ari Indarto
Ari Indarto Mohon Tunggu... Guru - Guru Kolese

Peristiwa | Cerita | Makna

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Bahasa Indonesia Itu Memang Keren

5 November 2022   17:16 Diperbarui: 7 November 2022   18:13 1382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa Indonesia menjadi alat komunikasi sekaligus identitas bangsa Indonesia. Hadir sebagai pertanda komitmen pemuda atas anugerah istimewa Yang Maha Kuasa, selama 94 tahun- sejak Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia menjadi kekayaan bangsa, pemersatu bangsa, sekaligus menunjukkan martabat bangsa. 

1928, pemuda dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul di Jakarta. Konggres kedua pemuda-pemuda Indonesia pun terjadi di Jakarta atas inisiatif Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI). Kongres pemuda yang dilakukan selama 2 hari tersebut di lakukan di tiga tempat yang berbeda. 

Pertama, tanggal 27 kongres dilaksanakan di  di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB) (sekarang Yayasan Pendidikan Santa Ursula). Lapangan Banteng. Kedua, pelaksanaan kongres pemuda dilaksanakan di Gedung Oost-Java Bioscoop. 

Ketiga, kongres  dilaksanakan pada 28 Oktober 2022 di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat (sekarang, Museum Sumpah Pemuda). Sumpah Pemuda menggelagar ke seluruh Nusantara dan  mengawali semangat membara pemuda Indonesia untuk merdeka.  Pemuda Indonesia disatukan dalam satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. 

Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menandai kelahiran bahasa Indonesia. Pelan tapi pasti, bahasa Indonesia mulai menjadi bahasa komunikasi kaum terpelajar Indonesia. 

Dan begitu Sumpah Pemuda terdengar sampai pelosok Nusantara, bahasa Indonesia pun semakin dikenal luas, meskipun saat itu masih digunakan ejaan van Ophuijsen; ejaan yang ditulis Charles A. van Ophuijsen  sejak 1901. Saat itu sebenarnya bahasa kita masih menggunakan ejaan bahasa Melayu. 

Menilik Jejak Pembaruan Bahasa Indonesia

Setelah secara resmi  bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa negara dengan  Undang-undang Dasar (UUD) 1945 pada 18 Agustus 1945, pedoman pertama bahasa Indonesia mulai diperlakukan, yakni Ejaan Suwandi. 

Ejaan Suwandi berlaku mulai 19 Maret 1947, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A. Penyusun ejaan tersebut adalah Mr. Raden Soewandi selalu menteri Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan saat itu.    

Aturan ejaan bahasa pun mulai diperbaiki dan perbaharui. Ejaan Pembaharuan muncul sebagai hasil Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954. Ejaan ini tidak pernah diundangkan. Tahun 1959 lahir juga Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Ejaan ini lahir berkat kerjasama Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu.

Ejaan ini tidak pernah diundangkan dan digunakan karena ketegangan Indonesia-Malaysia saat itu. Tahun 1967, Ejaan Melindo dicoba untuk direvisi kembali, sehingga muncullah Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan).

Ejaan ini kemudian menjadi cikal bakal Ejaan Bahasa yang Disempurnakan, yang berlaku tahun 1972-2015. 2015, pemerintah meresmikan Pedoman Umum Ejaan yang Disempurkan (PUEBI), dan pada tahun 1922, dikembalkan lagi menjadi Ejaan yang Disempurnakan revisi tahun 2022. 

Sebuah proses perjalanan pembaharuan aturan kebahasaan yang sebenarnnya sungguh sangat melelahkan. Namun, ini adalah upaya nyata untuk mewujudkan bahasa Indonesia sebagai kekayaan dan kabanggaan bangsa. 

Bahasa Indonesia adalah bahasa bangsa, bahasa Indonesia adalah bahasa negara, dan bahasa indonesia dalah bahasa kita.  Meski awal mula bahasa Indonesia lahir dari bahasa daerah-bahasa Melayu, perkembangan bahasa Indonesia melalui proses yang begitu panjang. 

Di Indonesia, kita mengenal kurang lebih 700 bahasa. Bahasa melayu sebenarnya juga sebagai salah satu bahasa daerah di Nusantara. Sebagai cikal bakal bahasa Indonesia, perkembangan bahasa melayu tidak sedahsyat bahasa Indonesia. 

Bahasa Indonesia telah berkembang melebihi asal muasalnya, yani bahasa Melayu. Sampai saat ini bahasa Indonesia memiliki kurang lebih 127.000  kosa kata, semantara bahasa Melayu hanya memiliki kurang labih 98.000 kosa kata. Selain itu, pemakai bahasa Indonesia yang semakin hari semakin banyak dan didukung oleh perkembangan aturan, kamus, ejaan, dan tata bahasa. 

Perjalanan Menjadi Bahasa Kelas Dunia

Bahasa menunjukkan bangsa. Bangsa Indonesia terkenal ramah, dan itu ditunjukkan dengan bahasa yang dipakainya.  Bahasa Indonesia menjadi bahasa komunikasi seluruh Nusantara bahkan sampai pelosok-pelosok  Indonesia. 

Bukan hanya itu, bahasa Indonesia juga tenar di negara-negara lain. Bahasa Indonesia dipelajari hampir di 47 negara, dan ada 428 penyelenggara Bahasa Indonesia bagi Penunut Bahasa Asing (BIPA)-kursus bahasa Indonesia untuk orang asing.

 Lebih dari 150 ribu orang secara khusus belajar bahasa Indonesia, tersebar di Amerika, Asia Tenggara, Asia Pasifik dan Afrika. Bahkan bahasa Indonesia sangat populer di Australia; 500 sekolah mengajarkan bahasa Indonesia, dan berbagai universitas membuka jurusan bahasa Indonesia. 

Bahasa Indonesia masuk 10  menjadi bahasa yang paling banyak digunakan, beberapa negara secara khusus mengajarkan bahasa Indonesia, misalnya Jepang, Vietnam, Australia, dan Italia. Beberapa negara bahkan  mendirikan pusat studi budaya Indonesia, termasuk bahasa Indonesia, misalnya Mesir dan  Jepang.

Beberapa negara menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kedua, misalnya Vietnam. Setiap tahun semakin banyak  orang asing secara khusus belajar  bahasa Indonesia melalui BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutut Bahasa Asing). 

Bahasa Indonesia telah siap dikembangkan menjadi bahasa ilmu dan teknologi, memiliki kosa kata yang cukup banyak, dengan jumlah penutur lebih dari 300 juta orang. Artinya, bahasa Indonesia siap menjadi bahasa Internasional. 

Maka, melalui Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan lambang negara,  negara mengusahakan meningkatkan bahasa Indonesia menjadi bahasa international.Untuk mendukung upaya tersebut  pemerintah menerbitkan Pedoman Umum Pembentukan Istilah,  Pedoman Umum Ejaan Bahasaan Indonesia/Ejaan, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Glosarium, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. 

Terus-menerus pemerintah melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa memperbaharui aturan tersebut dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Sebuah langkah dahsyat untuk menjadikan Indonesia semakin bermartabat di tingkat internasional. 

Bahasa Indonesia dikenal juga sebagai bahasa yang  mudah dipelajari. Bahkan begitu terbuka dengan kosa kata dan aturan baru. Bahasa Indonesia semakin kaya dengan berbagai macam kosakata, bahkan dengan munculnya berbagai jenis sosial media, bahasa Indonesia pun semakin berkembang. 

Perkembangan media sosial memang membawa dampak yang luar biasa atas perkembangan bahasa Indonesia. Tetapi kita harus hati-hati dengan munculnya berbagai macam ragam bahasa gaul, apalagi ragam tersebut menyasar ragam  formal bahasa Indonesia. 

Bagaimana tidak betiau banyak anak muda yang menggunakan ragam media sosial itu untuk menulis surat, menyusun jurnal, bahkan menulis skripsi. Jangan sampai teknologi yang kita gunakan ini malah merusak bahasa Indonesia. 

Satu hal yang harus kita hindari agar bahasa Indonesia tetap memiliki derajat sebagai bahasa negara dengan tidak begitu saja menggunakan ragam-ragam gaul, ragam bahasa media sosial secara serampangan. Jangan sampai kosa kata  berasal dari ratusan bahasa daerah yang ada di Indonesia baik Jawa, Sunda, Madura, Banjar, Papua, maupun daerah lainnya pada akhirnya musnah. 

Kita mendukung setiap upaya untuk menjadikan bahasa Indonesia bermartabat, diterima  di seluruh dunia. Jika hari ini kita memiliki seluruh penduduk Indonesia adalah  pengguna bahasa Indonesia, niscaya akan semakin pesat lagi berkembang, karena bahasa  ini semakin mudah diterima, dipelajari, dan dipahami khalayak luas. 

Karena bahasa Indonesia menjadi kebanggaan seluruh bangsa, maka perkembangan yang begitu pesat pun memunculkan berbagai ragam bahasa. Ragam media sosial hadir menyasar anak muda.  Begitu banyaknya kosa kata yang setiap hari muncul di berbagai platform media sosial turut menjadi andil perkembangan bahasa Indonesia. Namun, jangan sampai media sosial justru menjadikan bahasa Indonesia tidak bermartabat.  Siapkah kita menjaganya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun