Hari-hari ini tentu adalah saat yang memusingkan bagi para elit demokrat. Sejak kasus suap yang membelit Sesmenpora yang konon menyeret nama-nama para petinggi demokrat, maka kini mata publik terarah ke partai pemenang 2009 ini. Public menunggu-nunggu apa yang akan dilakukan oleh dewan pembina demokrat terhadap kasus yang menyeret nama para elit demokrat ini.
Di media, silih berganti para elit demokrat saling serang dan saling membantah, yang semakin menggambarkan betapa faksi-faksi yang ada di tubuh demokrat semakin terlihat dengan jelas, dan tidak mungkin akan semakin meruncing di masa-masa yang akan dating, jika kemampuan manajemen konflik di tubuh partai ini tidak terlalu baik.
Dan jika mekanisme konflik satu-satunya yang dipertontonkan oleh demokrat hanya dengan menggantungkan segala kebijakan strategis kepada satu tangan, yaitu kepada ketua dewan pembinanya saja, maka kita tunggu saja bahwa konflik antar faksi di tubuh demokrat hanya akan menjadi api dalam sekam yang akan membara seiring perjalanan waktu.
Sikap ketua umum demokrat yang cenderung sangat akomodatif terhadap semua faksi, di satu sisi memang bagus, untuk bisa meredam kekecewaan faksi-faksi yang tidak mendukungnya, namun di sisi yang lain, sikap akomodatif yang dipertontonkan seperti itu tentu juga menimbulkan konsekuensi kesulitan dalam memanaje agar semua faksi agar tetap solid membesarkan partai.
Dan hari-hari ini ternyata api dalam sekam itu sedikit demi sedikit mulai menyala, dan kini berpulang akankah api itu bisa dipadamkan, atau hanya ditutupi sekam yang lebih tebal, dan hanya menunggu waktu untuk menyala dan membara meruntuhkan demokrat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H