2. Pukulan Bertahan Jadi Serangan
Dalam banyak kesempatan, Endo/Watanabe mengubah pukulan bertahan jadi serangan ke pertahanan Marcus/Kevin. Biasanya pukulan itu diarahkan ke sisi kosong Gideon di daerah belakang saat ia berdiri di belakang Kevin. Gideon bahkan sampai terbang-terbang mengejar kok.
Sudah gitu, pukulan bertahan Endo/Watanabe tipis-tipis menyasar garis atau tipis menyeberangi net sehingga sulit mengembalikan dengan baik.
3. Simpan tenaga
Saya curiga, Endo/Watanabe sengaja lepas set kedua setelah Kevin/Marcus unggul di awal. Mending simpan tenaga untuk set ketiga, mungkin itu strategi duo maut Jepang ini. Berhasil! Set ketiga Marcus/Kevin lemas di awal sehingga Duet Sakura bersuka cita. Set ketiga skor 19-21.
Coba perhatikan dua kekalahan The Minions di BWF World Tour Finals 2019. Di fase grup, Kevin/Marcus kalah di set ketiga 11-21 dan di babak penyisihan, Kevin/Marcus juga kalah di set terakhir 10-21. Sepertinya set ketiga selalu jadi momok Kevin/Marcus saat lawan Endo/Watanabe.
4. Ketenangan Endo
Endo sempat jadi target serangan Kevin/Marcus. Tapi dia tenang dan santai saja. Maklum, Endo pemain senior. Ia kelahiran 1986. Endo adalah generasi sepantaran Mohammad Aksan (lahir 1987).
 Endo sudah aktif bermain badminton pro sejak 2010 dengan partner Kenichi Hayakawa. Tahun 2018, ia ganti berduet dengan Yuta Watanabe, kelahiran 1997. Endo berhasil membimbing Yuta dengan ketenangan dan pengalamannya.
Nah, Endo bukan pemain muda yang bisa dengan mudah terpancing "ketengilan" Kevin. Lalu, mau diganggu pakai cara apa lagi ya?Â
Itulah empat PR sulit dari Endo/Watanabe bagi Kevin/Marcus. Kayaknya sih, the Minions harus banyak lihat video pertandingan duo Jepang ini dengan pemain-pemain lain, juga dengan mereka sendiri. Mungkin akan ketemu kelemahan ganda putra andalan Jepang ini.