Begitu juga Gus Dur yang menjabat sebagai ketua umum Tanfidziyah PBNU tiga periode. Kiai yang sangat berjasa membangkitkan ghirah ke-NU-an anak muda sehingga bangga jadi warga NU ini terpilih sebagai presiden RI ke-4 dalam posisi sebagai ketua umum Tanfidziyah PBNU. Gus Dur bahkan dikenal luas sebagai lokomotif demokrasi dan negarawan kondang yang diakui dunia internasional.
Jadi kalau sekarang Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menjabat wakil gubernur Jatim “sambil” jadi ketua PBNU adalah bagian dari sejarah panjang NU. Gus Ipul dan politik bahkan ibarat garam dan asin atau gula dan manisnya. Artinya, Gus Ipul, yang kini gencar memobilisasi pengurus NU untuk kemenangan Gus Mus-Said Aqil, tak bisa dilepaskan dari politik dan NU.
Nah, bertolak dari realitas sejarah itu wajar jika PCNU dan PWNU kini memaklumi posisi Kiai Hasyim yang pernah terlibat dalam politik praktis pada masa lalu. Apalagi Kiai Hasyim kini sudah tak mungkin terjun ke politik lagi mengingat usianya yang sudah sepuh.
Demikinlah, Gus Mus dan Kiai Hasyim kini sama mendapat dukungan besar dari PCNU dan PWNU untuk menerima mandat sebagai Rais Aam PBNU. Namun siapa nanti yang akan terpilih sebagai Rais Aam PBNU, mari kita tunggu suara para muktamirin. Yang jelas, dalam tradisi NU: mari gegeran, gergeran (setelah konflik dan beda pendapat lalu sama-sama tertawa). Wallahua’lam bisshawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H