Dalam konteks belajar-mengajar menggunakan metode/fasilitasisimulasi/experiential learning, pengajar lebih tepat disebut sebagai FASILITATOR, karena fungsinya “HANYA” pemberi informasi dan pemudah terjadinya proses belajar-mengajar
Di sisi lain, seorang FASILITATOR mempunyai tugas lebih menantang dari sekedar menyampaikan materi, yaitu MERENCANAKAN & MEMBANGUN situasi kelas yang kondusif, serta MEMBIMBING & MEMOTIVASI warga belajar agar selalu siap melakukan perubahan positif.
Bagaimana Fasilitator Memposisikan Diri
1. Menjadi bagian dari warga belajar (audiens)
2. Menciptakan iklim belajar-mengajar
3. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap proses
4. Menyadari kelebihan-kekurangan dirinya di antara warga belajar
5. Mampu melihat permasalahan dan memecahkannya
6. Mengerti perasaan orang lain lewat pengamatan
7. Mempunyai kemampuan untuk mempersuasi orang lain
8. Optimis dan punya itikad baik
9. Terbuka “Open mind”
TAHAPAN PROSES FASILITASI
1. Proses Tee-Up, yakni memberikan Instruksi/penjelasan/prosedur secara rinci untuk melaksanakan simulasi
Catatan : Bukan menjelaskantujuan/poin belajar
2.Debriefing, yakni pembahasan/penjelasan makna simulasi melalui diskusi interaktif, dimana diharapkan peserta sendiri yang lebih aktif dalam mengambil kesimpulan dari proses simulasi.
Catatan : Debriefing biasanya dilakukan pada akhir simulasi, namun bila diperlukan dapat dilakukan pada tengah simulasi (miss: peserta belum mampu menyelesaikan simulasi, sesuai waktu yang dialokasikan)
BEBERAPA LARANGAN !!!
1.Melakukan penilaian terhadap jawaban peserta atau perilaku peserta pada saat kegiatan. Refleksi harus bersifat netral, tidak berisi penilaian benar dan salah
Semua aktivitas dalam experiential learning bertujuan untuk memunculkan perilaku, baik yang mendukung sukses maupun yang menghambat sukses. Apapun yang dilakukan peserta adalah sebuah kontribusi untuk proses pembelajaran
2.Menggunakan kalimat seperti ini : “Sebaiknya anda……; Seharusnya anda………”