Kurang lebih enam tahun lalu, anak saya yang nomor tiga lulus SD dan berdasarkan usulan Ibu dan kakak di kampung serta berbagai pertimbangan, dia melanjutkan sekolah dekat rumah orang tua di sebuah Madrasah Tsanawiyah yang menggunakan sistem pondok (boarding school). Â
Selanjutnya, kakaknya yang nomor dua menyusul pindah ke sekolah tersebut disusul lagi oleh adiknya yang nomor 4 setahun kemudian. Kecuali anak saya nomor dua yang melanjutkan SMA nya di Bekasi, dua adiknya melanjutkan SMA-nya masih di dekat rumah orang tua saya.
Praktis sejak itu, ada tiga anak saya yang bersekolah jauh dari rumah sehingga secara berkala atau pada saat saya ada tugas ke luar kota di sekitar daerah tersebut, saya menengok mereka.
Selama melakukan perjalanan dari Jakarta ke Madiun, saya hampir selalu menggunakan kereta api sebagai moda transportasi saya. Â Alasannya adalah saya melakukan perjalanan biasanya pada akhir minggu langsung dari tempat saya bekerja, dan tiba kembali di Jakarta langsung menuju kantor. Â Menggunakan bus sama sekali tidak efisien karena jauh dari kantor, sedangkan stasiun sangat dekat.Â
Namun pada saat tugas, saya menggunakan moda transportasi sesuai kebutuhan ke kota tujuan sedangkan pulangnya saya mampir dulu ke rumah orang tua saya untuk menengok anak saya baru meneruskan ke Jakarta dengan menggunakan kereta api.
Kecuali saat tugas, saya selalu memilih kereta ekonomi yang berangkat dari Stasiun Senen.  Meski ekonomi, saya merasa sangat nyaman saat ini karena pasti memperoleh tempat duduk serta gerbongnya yang  ber-AC semua.
Karena berangkat ke stasiun langsung dari kantor, tentu saja saya tidak disiapkan bekal makanan oleh istri sebagaimana kebiasaan jika saya berangkat dari rumah. Â
Oleh karena saya termasuk tidak tahan lapar di perjalanan, saya harus memastikan bahwa saya makan di perjalanan. Â Tentu saja saya upayakan agar berbiaya terjangkau dan yang penting: enak.
Makanan yang disajikan oleh pramugari kereta berada pada uruitan terakhir untuk pilihan. Â Selain harganya yang sangat mahal, kualitasnya juga tidak istimewa -- untuk tidak menyebutnya biasa saja, karena makanan tersebut adalah makanan beku yang dihangatkan, bukan makanan segar dari dapur.
Jika tidak sangat terpaksa -- sudah sangat lapar dan saya benar-benar malas untuk mencari makanan dari luar, saya jarang sekali membeli makanan di kereta.Â