[caption caption="www.precisionsourcing.com.au"][/caption]
Bahasan kali ini akan fokus pada strategi konkret. Semua yang aku paparkan, aku persembahkan untuk DaengApps (Daeng Indonesia)—Perusahaan Startup Teknologi anak muda pertama di Indonesia dan Rumah MC Indonesia.
***
Marketing. Dulu saat aku berada di jenjang menengah atas, makna marketing yang aku yakini adalah “Jualan”. Implementasi dari jualan itu aku mulai dengan usaha jualan pulsa. Dengan percaya dirinya kala itu, aku menawarkan dari kelas ke kelas dengan modal komunikasi yang dipelajari secara otodidak –Sok kenal sok dekat :D
Semua berjalan lancar sih,, hingga aku memiliki kejayaan satu semester untuk menguasai pasar satu angkatan haha. Namun, kejayaan itu sirna seketika saat jiwa malaikat merasuki diriku hehe.. sistem yang aku buat kala itu semakin longgar. Dengan bermodalkan kepercaayaan dengan kawan-kawan beloved ku, aku mulai membuat sistem hutang alias kasbon :D .. bagi ku sih itu tak masalah, toh besok hari atau minggu depannya ketemu sama mereka juga kan . Namun, dengan ber-asas-kan buaian politikus saat kampanye, aku mulai terpedayalah dengan janji-janji manis mereka yang mengatakan kalau “Besok / lusa / mingdep (Minggu depan) di bayar dengan seprangkat mata uang rupiah tunai !!.
Alih-alih merayu, sebelas orang yang terjadualkan hutang tanggal sekian, dan akan bayar tanggal sekian –sampai aku lulus, ternyata mereka menghilang entah kemana sekarang haha.
Ya, itu adalah sedikit dari puluhan intermezo menusuk dihati dari masa lalu yaang bisa aku sajikan untuk pembukaan.
Singkat cerita, berproses dmi berproses, akhirnya aku sadari bahwa marketing itu berbeda dengan jualan / sales. Perbedaannya apa?? Mungkin bisa googling dulu deh.. hehe.. udah banyak penjelasan yang kredibel untuk memaparkan perbedaan marketing dan sales.
***
So sesuai pada judul, kita akan fokus pada marketing
Pada dasarnya kan saat kita melakukan marketing, kita telah membuat beberapa mekanisme atau strategi untuk diterapkan. Namun, terkadang strategi kita tidak kalah cepat inovatif nya dengan perkembaangan teknologi saat ini yang semakin kompleks. Sehingga, bisa dikatakan strategi kita mengalami fase kemunduran.
Bagaimana tidak, yang dulu kita terapkan strategi marketingnya dengan membagikan brosur, bergantung pada iklan konvensional, dan sikap kita yang selalu menganggap konsumen itu sama rata serta selalu berusaha memuaskan pelanggan, kini cukup kuno lhoo untuk diterapkan pada kondisi dunia yang semakin spektakuler ini, hehe.
Intinya sih, pelanggan saat ini sudah mulai jenuh dengan banjirnya brosur, dan iklan dimana-mana. Cuma buat risih dan menebar sampah visual dimana-mana. Era Internet telah merubah perilaku pasar (Pelanggan) menjadi horizontal, yang dulu sangat percaya dengan brosur. sekarang, di era teknologi mereka juga butuh “komentar “orang lain yang telah menggunakan produk –review produk, serta keluhan akan sebuah produk. Tinggal duduk menggunakan smartphone pun bisa dikatakan problem selesai hehe.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, bahwa gerakan banjir brosur / iklan / baliho / spanduk sudah menyebabkan perubahan persepsi di masyarakat, sehingga kecenderungan saat ini yang bisa dipelajari:
1. Hal tersebut mempersempit pasar yang di target—berkutat di tempat tertentu aja yang ditarget.
2. Rubahlah untuk fokus pada segmen utama dulu, yang memang “Paling butuh sekali” produk/jasa kita.
3. Banyaknya brosur yang mengatakan produk mereka hebat, menjadikan citra produk tersebut kabur.
4. Mulailah dengan bersinergi dengan orng lain. Yang dulu fokus pada benda, sekarang fokus pada manusia. Karena yang akan dilihat adalah siapa yang mengatakan sedang ada diskon? bu lurah, bu RT, pak guru, artis iklan, teman, ketua komunitas, pakar atau pengamat? Libatkanlah kredibilitas sumber iklan, bukan fokus sama bualan kualitas yang kita buat-buat hehe.
5. Susunlah strategi promosi berbasis waktu. Ada lebaran, tahun baru, tahun ajaran sekolah, dan sebagainya.
Di era lama selalu mentarget : Kepuasan Pelanggan, saat ini kita harus focus pada Kesetiaan Pelanggan,
Fokuslah pada aturan-aturan dan kebutuhan spesifik masing-masing segmen. Sebagai contoh, lihatlah persaingan di provider seluler sekarang sudah mulai mempersempit pasar mereka, ada Im3 yang ke remaja doyan SMS, Kartu As ke remaja yang doyan Internet, Three ke kebutuhan Blackberry Services yang murah dsb.
Jadi, intinya untuk era sekarang, kita harus fokus pada :
1. Content
Mengingat pentingnya peran dan cara kerjanya seperti di media sosial, search, multimedia dan mobile, konten marketing kini menjadi fokus utama dari banyak merek di seluruh dunia. Banyak perusahaan yang belum memahami pentingnya tren dan bagaimana ini melandasi hampir seluruh pengimplementasian digital marketing. Namun, merek seperti Coca Cola misalnya telah menyadari hal ini dan telah mengubah strategi mereka. Konten adalah dasar dari semua digital marketing, dan ini merupakan alasan orang membaca, melihat dan berbagi. Menciptakan konten sangatlah penting untuk menciptakan brand awareness dan merambah keramaian yang bersumber dari marketing.
2. Mobile
Dengan terus meningkatnya pengguna ponsel pintar dan tablet, mencoba untuk menyesuaikan pesan pemasaran dan konten untuk platform mobile menjadi suatu keharusan. Karena semakin banyak konsumen yang melihat konten, menerima email, dan membeli produk dari sebuah aplikasi. Perusahaan perlu segera mendesain ulang website dan blog agar lebih responsif untuk memastikan agar sesuai dengan perangkat bergerak. Beberapa situs mencatat bahwa 30-40% dari semua lalu lintas berasal dari perangkat mobile. Ini seharusnya tidak diabaikan.
3. Integrasi digital
Media sosial dan konten sangat memiliki dampak pada hasil pencarian. Google menciptakan Google+ dengan beberapa alasan termasuk menangkap sinyal sosial. Untuk itu, pastikan setiap pendekatan yang dilakukan memungkinkan kita mengikat netizen secara bersama-sama untuk mencapai efektivitas yang maksimum.
4. Berkelanjutan
Marketer perlu menyadari bahwa tren kuat yang sedang marak disebut continuous marketing. Ini bukan berarti kita tidak boleh menjalankan promosi. Kenyataannya adalah apa yang ditemukan secara online (update jejaring sosial, Twitter stream, dan dalam penelusuran Google) membutuhkan aktivitas SEO yang konstan dan penciptaan konten, publishing serta marketing.
5. Personalisasi
Pendekatan marketing “Satu ukuran cocok untuk semua” yang biasanya terjadi di televisi dan media tradisional menjadi kurang efektif karena kejenuhan media. Kita bisa melihat bagaimana munculnya personalized marketing di situs e-commerce, website, dan email yang menyesuaikan iklan dan user interface untuk kepentingan yang relevan dari konsumen. Ketika mengunjungi toko online sekali dan kemudian datang lagi, website tahu siapa kita. Email berikutnya yang datang juga telah dipersonalisasi dengan produk yang kita kunjungi saat berbelanja online. Web menangkap kebiasaan kita seperti membaca data, menerapkan intelegensi dan menyajikan informasi yang relevan untuk kita. Tren ini didorong oleh teknologi dengan menggunakan “Big data” untuk meningkatkan efektivitas marketing.
6. Visual
Kita pertama kali melihat lanskap visual marketing ketika YouTube hadir beberapa tahun yang lalu. Sejak saat itu, visual marketing terus bermunculan dengan munculnya Pinterest, Instagram, dan bahkan Slideshare. Dalam enam bulan terakhir ini, visual marketing telah berada ditingkat yang baru. Seperti video 6 detik dari Vine, dan sekarang aplikasi baru video Instagram yang berdurasi 15 detik menjadi rebutan marketer untuk menerapkan dan memanfatkan tren ini.
Suatu konsep akan bekerja secara berkesinambungan jika mekanisme di dalamnya tepat. Segala aspek pun perlu diperhatikan terutama paradigma yang sedang bekembang saat ini. Bahkan pola pikir dan mindset bagi si perusahaan pun harus diperbaharui setiap saat demi menang dalam persaingan pasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H