Mohon tunggu...
ARIFULHAK  ACEH
ARIFULHAK ACEH Mohon Tunggu... Freelancer - Tebar Kebaikan Untuk Ummat

Umur begitu singkat. Karya tulisan akan dikenang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Semiotik dan Pinokio Demokrasi

5 Januari 2024   17:07 Diperbarui: 5 Januari 2024   17:07 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketiga,berbohong dengan menambah sesuatu hal.Contoh, dalam pengajuan anggaran suatu proyek terjadinya mark up harga sehingga menjadi lebih mahal dari harga yang dipatok sehingga seseorang bisa mendapatkan keuntungan dari harga tersebut.

Selain itu, kebohongan lain yakni berbohong mengarang cerita fiktif,tidak menepati janji,tidak mengakui kesalahan,dan mengaku memiliki profesi tertentu.

Profesor Victoria Talwar dari Departemen Psikologi Pendidikan dan Konseling, Univeristas McGill dalam The Truth About Living (2022) menyebut bahwa secara umum terjadinya kebohongan adalah alasan dari mementingkan diri sendiri hingga altruistik.

Orang yang membiasakan dirinya berbohong, cenderung akan terus berbohong. Karena ia menganggap hal tersebut  sebagai bentuk kewajaran; atau, sebagai tindakan untuk menutup tindakan bohong sebelumnya. Seperti tindakan korupsi---awalnya sedikit, aman, tidak ada yang tahu, dan menjadi biasa akhirnya melakukan tindakan korupsi yang massif.

BERBOHONG ALA PINOKIO

Orang yang pernah membaca komik atau menonton film animasi dipastikan akan kenal yang namanya Pinokio. Pinokio adalah tokoh novel anak-anak Petualangan Pinokio karya penulis Italia, Carlo Collodi. Pinokio, boneka buatan yang hidup, yang digambarkan memiliki hidung akan memanjang setiap kali berbaring.Tidak ada batasan panjang hidung Pinokio. Hidungnya tumbuh saat ia berbaring dan bisa tumbuh begitu panjang hingga ia tidak bisa melihat hidungnya "melalui pintu kamar".

Dalam cerita dongeng yang dikisahkan, boneka kayu Pinokio buatan Mr Gepetto akan memanjang hidungnya setiap kali berbohong. Meski belum benar-benar jadi panjang, penelitian membuktikan bahwa tanda-tanda orang berbohong memang ada di hidung.

Meskipun hanya sebuah dongeng namun dalam keseharian, kita bisa menyaksikan betapa banyak kata,frase, klausa maupun kalimat yang beranalogikan dengan Pinokio ini. Namun satu hal yang menjadi catatan yakni bahwa mereka yang bertindak bahasa Pinokio  memiliki  kepercayaan diri yang tinggi di depan publik meski disindir mulai tingkat halus sampai dengan yang kasar sekalipun.

Saat ini di berbagai media sosial masyarakat dengan mudah mengakses berbagai kecaman terhadap para tokoh lokal,nasional maupun internasional ketika berbicara di depan publik menjadi bahan perbincangan. Bahkan sekelas Presiden Joko Widodo saat menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD, Rabu (16/8/2023) pun pernah mengatakan ada yang menyebut dirinya bodoh, firaun hingga tolol. Beliau mengaku tak masalah, namun dia mengaku sedih karena budaya santun menghilang.

Kenapa sampai demikian ? Ya,sopan santun, atau juga dikenal sebagai tata krama, merupakan salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Sejak dahulu kala, bangsa Indonesia dikenal dengan keramahannya, kesopanannya, serta adat istiadat yg dijunjung tinggi. Namun, derasnya informasi menyebabkan degradasi di berbagai bidang terutama perubahan perilaku masyarakat yang berbudaya sopan santun.......

#Medan@Kolong Sepi, 05 Januari 2024/23 Jumadil Akhir 1445 H#

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun