Ingat Stephen Hawking? Silakan tanya mbah google bagaimana kehebatan otak Stephen ini meski tubuhnya lumpuh maksimal. Banyak juga di kehidupan modern ini, manusia-manusia yang tubuhnya tidak selengkap yang lain tapi kemampuannya justru melebihi manusia yang anggota tubuhnya lengkap/sehat.Â
Kemajuan teknologi ChatGPT - atau secara umum, teknologi Artificial Intelligent/AI (sebagai induk dari teknologi ChatGPT), Â juga merupakan bukti bahwa perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW bukan isapan jempol belaka.
Perjalanan spritual dalam satu malam dari Masjidil Haram di Mekah ke Mesjid Aqsa di Yerusalem (Isra - berarti perjalanan malam) lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha (naik langit lapir ke-7 - Mi'raj berarti naik) adalah nyata. Â
Bukankah dengan teknologi Zoom, Google Meet, Microsoft Team atau aplikasi sejenis sudah membuktikan bahwa setiap orang di mana pun di muka bumi ini bisa 'hadir' dalam waktu bersamaan? Rasulullah SAW sudah mengalaminya 1400-an tahun lalu. Dan saat itu belum ada teknologi digital.Â
Hari ini 'teknologi' yang dulu dicemooh oleh kaum penentang Nabi SAW (Islam) makin nyata bukan? Begitu juga dengan 'teknologi' yang dialami oleh Nabi Isa AS (Yesus) saat masih bayi yang bisa berbicara (Surat Maryam ayat 30-31). Pun dengan 'teknologi' belah laut yang dialami oleh Nabi Musa AS. Juga 'teknologi' lain yang dialami para nabi yang kita kenal dengan sebutan mukjizat.
Satu per satu mukjizat itu hari ini hadir membuktikan diri dalam kemajuan teknologi di berbagai bidang, khususnya digital. Saya yakin di agama lain pun ada kisah-kisah mukjizat serupa. Saya hanya ingin mengatakan selama manusia masih mampu berpikir maka kemajuan-kemajuan akan terus berdatangan.Â
Bagi saya peringatan Isra Mi'raj tahun ini mengantarkan saya pada sebuah perspektif nyeleneh dengan mengaitkannya kepada ChatGPT. Saya hanya ingin - terutama diri pribadi- tidak terjebak pada euforia orang-orang pada kehebatan ChatGPT.
Yang harus kita ingat adalah betapa hebat otak manusia dari zaman ke zaman. Mulai era Thomas Alfa Edison, Albert Einstein hingga kini ada banyak sekali tokoh-tokoh dunia yang mengubah peradaban manusia. Â
Bahkan, Daniel H. Pink (penulis buku-buku motivasi dan pengembangan diri) dalam bukunya yang berjudul A Whole New Mind (diterbitkan di Amerika pertama kali pada 2006) yang dalam bahasa Indonesia diterbitkan pada 2019 oleh Gramedia dengan judul "A whole new mind : bagaimana para pengguna otak kanan mampu menguasai masa depan" (dengan penerjemah Irene Christine) mengatakan lebih dramatis lagi.Â
... dunia saat ini sudah bergeser ke era konseptual dari era informasi.
Menurut Daniel, dunia saat ini sudah bergeser ke era konseptual dari era informasi. Di era konseptual, segala hal yang fungsional sudah tak cukup lagi, harus ada 'rasa seni' alias desain atau hal-hal yang kreatif. Juga harus ada cerita (story). Tak hanya fokus, tapi juga harus ada keselarasan.
Tak cukup hanya logis, tapi juga harus ada empati. Tak melulu harus serius, tapi harus ada nuansa permainan. Bukan hanya akumulasi dari sebuah perjalanan, tapi harus bisa menangkap sebuah pesan atau makna dari semua itu. Daniel merangkum ke-enam hal itu dengan sebutan Six Senses.Â