Mohon tunggu...
AyahArifTe
AyahArifTe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Ayah

Penulis dan mantan wartawan serta seorang ayah yang ingin bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Mau Cerdas Lalin? Kerjakan PR Panjang Tatib Lalin Ini

6 November 2022   08:30 Diperbarui: 9 November 2022   04:30 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengendara motor yang berhenti di zebra-cross saat lampu merah. (Foto: Dokumetnasi Pribadi)

Saat itulah saya mengatakan "percuma punya SIM". Ini sudah rahasia umum juga. Ya kan?

Tambahan lagi ketika melihat kelakuan pengendara kendaraan bermotor (baik motor maupun mobil) di jalan, saya makin berteriak dalam hati "percuma punya SIM".

(Foto: Dokumetnasi Pribadi)
(Foto: Dokumetnasi Pribadi)

Padahal, kalau melihat soal-soal ujian teori SIM saya berpikir seharusnya orang-orang yang lulus dan berhasil mendapatkan SIM itu adalah mereka yang taat dan tertib berlalu-lintas. Kenyataannya? Amburadul di jalan. 

Jadi, sah saja kalau saya berpikir bahwa ada yang salah dengan proses ujian teori dan praktek SIM ini. Kesalahan yang struktural, massif dan sudah --maaf-- memborok.

Tambahan lagi, koordinasi antara polisi lalin dan DLLAJR dalam hal membuat peta lalu-lintas serta rambu-rambu plus tata kota yang juga abrakadabra, saya pikir kemacetan akan tak mudah teratasi dalam waktu dekat atau bahkan dalam jangka menengah. Saya tak ingin mengatakan dalam jangka panjang karena saya ingin tetap ada rasa optimis. 

Meski salah-satu faktor kemacetan juga terletak pada pola bisnis industri otomatif yang kata beberapa pakar seharusnya untuk Jakarta dibelakukan morotarium (pengehentian sementara penjualan otomotif) atau pola cross-selling (beli mobil atau motor baru dengan terlebih dahulu beli yang tua untuk dibesituakan dan plat nomornya dipakai untuk yang baru) sehingga jumlah kendaraan tidak bertambah.

Rumit ya? Iya rumit kalau tidak diniatkan sih. Tapi kalau diniatkan mudah saja. Salah-satunya, menurut saya, perketat proses pemilikan SIM. Tidak boleh ada lagi kerjasama dengan 'oknum'. 

Adakan ujian ulang untuk tiga atau lima tahun sekali. Karena waktu bisa mengubah perilaku orang kan. Ujian ulang ini diberlakukan juga bagi mereka yang melakukan pelanggaran berat lalin. Dengan begitu saya optimis kondisi cerdas berlalu lintas akan tercapai. 

Ini juga harusnya jadi pe-er untuk internal polisi dan dinas perhubungan (dalam hal ini DLLAJR). Dahulukan sikap preventif ketimbang reaktif. 

Maksudnya, sering kita lihat polisi menunggu pengendara melanggar rambu lalin ketimbang membimbing agar tidak melanggar. Inilah yang sering dijuluki orang-orang polisi 'menjebak'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun