Untuk teman-teman media pun sama. Masih ada beberapa media (ya memang tidak semua media mainstream memang) yang menayangkan/memuat foto-foto dan video tentang kecelakaan ini (umumnya 'memungut' dari video-video amatir di media sosial). Seharusnya Anda bisa lebih selektif dalam memilih foto dan video untuk menjadi ilustrasi berita-berita Anda.
Pertanyaan saya ; di mana rasa kemanusiaan Anda?
Untuk Bapak-bapak pejabat dan pengusaha di sekitar lokasi kecelakaan. Saya mendapatkan kabar dari seorang kawan saya yang tinggal di kawasan Cibubur dan sering lewat jalan itu bahwa lampu lalu-lintas dan sela putaran kendaraan (U-turn) baru diaktifkan sebulan lalu. Padahal, jalan tersebut turunan 30 derajat sehingga amat membahayakan secara logika. Tak perlu logika akademik, logika sederhana saja itu sudah amat membahayakan.
Pertanyaannya, kok bisa pembangunan lampu lalu-lintas dan putaran itu mendapatkan izin?
Budaya Pembiaran
Semua ini memang kembali ke hati nurani kita. Banyak hal yang perlu dibenahi yang kita lihat sehari-hari di depan mata kita. Apa yang kita lakukan?Â
Biasanya kita cenderung membiarkan dan berharap ada yang menegur atau memperbaikinya. Ini budaya yang saya kira tidak baik dan harus diubah agar kita lebih peduli.
Kawan saya tadi (mas Hendro) yang tinggal di daerah Cibubur telah mengusulkan kepada Ketua RW-nya untuk meneruskan imbauan kepada pengembang CBD Cibubur (yang ditengarai adalah yang punya ide tentang lampur lalu-lintas dan putaran maut itu) agar menutup secara permanen (saat ini putaran itu hanya ditutup dengan beton pembatas jalan biasa).
Apa yang dilakukan mas Hendro adalah contoh kepedulian yang dieksekusi. Bukan sekadar wacara di obrolan bapak-bapak di komplek atau, apalagi, wacana di kepala semata.Â
Saya sendiri hingga hari ini masih sering berupaya memperingatkan pengendara motor yang secara sadar atau tak sadar membiarkan lampu signal motor tetap berkedip di jalan raya.Â
Kadang saya membiarkan hanya karena ingin melihat apakah ada orang lain yang memperingatkan. Hasilnya? Tidak ada.