Mohon tunggu...
AyahArifTe
AyahArifTe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Ayah

Penulis dan mantan wartawan serta seorang ayah yang ingin bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kartini, Livy Renata dan Rieke 'Oneng' Dyah Pitaloka

22 April 2022   21:10 Diperbarui: 24 April 2022   06:21 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba saja gadis ini menjadi terkenal karena menjadi tamu di mana-mana. Entah itu di televisi atau podcast youtuber. Karena cantik? Pasti. Muda? Yup! Karena dua fator itu modal yang amat bagus untuk jadi terkenal.

Namun, ada yang mengganjal. Setidaknya buat saya. Nama lengkap gadis berusia 20 tahun ini Livy Renata. Dalam setahun belakangan sosoknya menjadi begitu viral. Apa profesinya? Hanya brand ambassador klub esport.

Kok bisa? Dia jago main game? Ia mengaku tidak terlalu! Justru itu yang unik sekaligus mengganjal buat saya. Banyak podcaster di youtube mengundang Livy bukan karena profesinya sebagai brand ambassador esport.

Banyak pihak mengundang Livy Renata karena dia polos. Kepolosannya itu menjadi lucu. Misal, dalam sebuah program acara tv Livy mengaku tidak pernah naik angkot (karena ia memang terlahir sebagai anak dari keluarga berada).

Dalam program acara tv lain ia ditantang untuk tidak mengatakan "I (saya)" selama acara berlangsung. Dan ia selalu gagal. Memang ia lebih fasih berbahasa Inggris karena ia memang belajar di sekolah internasional sejak kecil.

Di podcast youtube Boy William, Livy menjadi bulan-bulanan karena tidak mengenal artis-artis terkenal di Indonesia. Ia menyebut Luna Maya adalah istri Ahmad Dhani dan anggota trio macan bersama Maya Estianti dan Dewi Persik. Ketika Boy bertanya tentang Mulan Jamila, Livy secara spontan dan jujur mengatakan tidak kenal. Bahkan nama Lyodra (penyanyi pemenang satu ajang kompetisi pencari bakat di tv) ia kira semacam nama naga.

Yang lebih mengenaskan saat komika dan penulis terkenal Raditya Dika mengundang Livy dan menanyakan barang-barang tempo doeloe. Ya tentu saja Livy tidak tahu, karena ia belum lahir! What do you expect, dude?!!

Itulah deretan kepolosan Livy. Anda bisa berselancar di youtube untuk menyaksikan lebih lengkap. Kepolosan yang dianggap menjadi 'komedi' oleh para selebriti yang kemudian menjadikan Livy pun sebagai selebriti dadakan.

Sampai di sini seperti tidak ada yang salah. Orang polos -- cenderung o'on gaya Oneng (dalam serial TV Bajaj Bajuri) yang dijadikan bahan candaan. Banyak orang tertawa dan merasa terhibur.

Benarkah? Saya mencoba menempatkan diri sebagai Livy. Saya pasti merasa tidak ada yang salah. Di mana letak salah bila saya tidak kenal dadar gulung, cireng, angkot, artis-artis Indonesia, kalau saya memang sejak kecil tidak pernah bersentuhan dengan makanan-makanan itu dan tidak pernah nonton televisi Indonesia? Mikiiirrr??? (*Cak Lontong).

Saya kok justru merasa rishi dengan mereka yang mengundang Livy hanya sebagai bahan lelucon (meski tampaknya Livy menikmatinya). Apalagi setelah saya melihat Livy di podcast komika Dodit Mulyanto (rasanya ini satu-satunya video yang mengulas Livy secara wajar), ternyata Livy memiliki masa kecil yang tidak nyaman (tidak punya teman di sekolah selama dua tahun). Di video ini juga terlihat Livy sebenarnya perempuan yang cerdas dan punya prinsip hidup yang teguh.

Di video itu, Livy mengaku tak pernah meminjam uang pada siapa pun. Bukan karena ia punya segalanya. Ia pernah tak punya uang di sekolah dan ia memilih tak makan. "Ibu kantin kemudian memberikan saya makanan. Saya tidak meminta, saya diberi," tuturnya. Esoknya ia membayar makanan yang Ibu kantin telah berikan.

Bahkan, Livy juga bercerita bahwa maminya mengirim ia kuliah di Austarlia agar bisa belajar mandiri dan jadi orang susah. Ketika sampai pada percakapan ini sedikit sekali yang menggali tentang prinsip hidup yang ingin ditanamkan oleh mami Livy.

Sampai di sini saya mencoba menarik kesimpulan. Bahwa mereka yang mengundang Livy hanya ingin 'eksploitasi' ketidaktahuannya tentang banyak hal ketimbang pengetahuannya tentang esport. Sedikit sekali mereka mengorek tentang e-sport yang sebenernya masyarakat justru perlu tahu lebih banyak.

Saya pun menarik nafas dalam-dalam sambil mengelus dada. "Duh, bangsaku ini loh ya ... kenapa lebih suka mengeksploitasi kekurangan orang daripada kelebihannya ... ironisnya itu dianggap lelucon!" saya membathin.

Saya jadi teringat tokoh Oneng dalam serial TV belasan tahun lalu. Tokoh itu diperankan dengan sangat baik oleh artis Rieke Dyah Pitaloka yang kemudian menjadi politisi dan kini berhasil menjadi anggota DPR.

Kepolosan Oneng menjadi lelucon. Sama dengan Livy. Bedanya, Oneng 'hidup' dalam kesederhanaan, Livy hidup dari keluarga berada. Pertanyaannya, apakah kita akan terus menjadikan kepolosan dan ketidaktahuan seseorang sebagai lelucon?

Sementara Raden Adjeng/Ayu Kartini dulu hidup dalam kungkungan tradisi feodal orangtuanya yang kemudian 'memenjarakan' fisiknya untuk berinteraksi dengan banyak orang. Tapi, berkat kebiasaan menulis ia berhasil 'memerdekakan' ide-ide dan pengetahuannya tentang kemerdekaan sikap perempuan.

Di era yang sekarang tak ada lagi 'kerangkeng' untuk perempuan dan kemajuan teknologi yang luar biasa, kita malah membuat lelucon atas kepolosan dan ketidaktahuan seorang perempuan.

Bahkan, dalam video terbaru (April 2022) podcaster Atta Halilintar melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang sudah Livy jawab di podcast youtuber lain. Dengan kata lain, Atta atau tim kreatifnya sepertinya tidak berusaha belajar agar tidak mengulangi pertanyaan pada narasumber yang sama. Ironis sih.

Entah sampai kapan, Livy akan menjadi tamu di acara-acara podcast youtuber atau TV dengan tujuan eksploitasi kepolosan dan ketidaktahuannya. Semoga saja, Livy bisa segera bersikap juga. Sebaiknya juga pihak dari industri e-sport bisa riding the moment (memanfaatkan momen) ini untuk memberikan edukasi dan sosialisasi tentang e-sport melalui ketenaran Livy. Karena masih banyak orangtua yang memandang sebelah mata tentang e-sport. Dengan begitu bukan kah lebih bermanfaat dan menginspirasi?

Selamat Hari Kartini!

Foto-foto : Kolase Picsart

Koleksi instagram Livy Renata

Tokoh.id (Rieke Dyah Pitaloka)

Wikipedia (R.A. Kartini)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun