"Kamu sudah siap?"
"Sudah siap, Bundaa."
"Siap apa?"
"Siap UTBK."
"Yakiin ...?"
"Nggak sih ... hehehe ... "
Percakapan di atas hanya ilustrasi antara seorang ibu dengan anaknya yang duduk di kelas 3 SMA yang akan hadapi UTBK-SMBPTN. Sudah menjadi rahasia umum yang ketar-ketir bukan hanya para pelajar, tapi orangtua pun ikut 'sport jantung'. Karena orangtua berpikir bahwa pilihan perguruan tinggi bagi si anak akan menentukan masa depannya.
Pikiran yang salah? Tentu banyak yang akan menjawab "Tidak". Dulu, saya pun begitu. Saat masih jadi anak SMA juga. Tapi, saat itu saya harus memilih sendiri, karena ayah saya sudah meninggal saat itu. Sementara ibu tidak tahu-menahu soal perkuliahan.
Akhirnya saya pilih akademi yang murah meriah -- atas saran seorang teman. Kebetulan akademi tersebut di bawah sebuah departemen (sekarang kementerian). Artinya, masih milik pemerintah, yang dengan kata lain, murah! Dua setengah tahun kemudian, saya memutuskan untuk ambil kuliah lagi di perguruan tinggi negeri di Depok, Fakultas Sastra (sekarang FIB). Alasannya, lagi-lagi ... murah!