"Haddoohhh ... kamu tuh yaa ... " kata Muji sambil mendorong Anto hingga kawannya itu terduduk di bangku. "Aku simpan namanya di phonebook aku dengan nama kesayangan gitu lohhhh."
"Panjang umur ya dia ... jodoh nih berarti. Baru aja kita omongin dia, kan. Dia gak pernah loh kirim WA ke aku," ujar Muji sumringah.
"Ooo ... ngono, tohh," Anto manggut-manggut paham sambil membayangkan nama apa yang mau ia sematkan pada gebetannya juga. "Aku kasih nama 'Sari my bantal guling' aja kali ya?" bathin Anto. "Kan jadinya setiap malam aku bisa membayangkan aku meluk Sari terus .. hihihi."
"Yuuniiiiii ... tiidaaakkk ... hhuuaaaa ... " Tiba-tiba Muji teriak. Anto yang lagi melamun hampir jatuh dari bangku.
"Ono opo, Jiii? Jiii .. ono opooo? Jangan kayak gitulahh ... Jiii ... Aku kan cuma peluk guling doang ... bukan beneran ... "
"Duuh Tooo ... kamu ngomong apa siihhh ..? Ini lloohh .. baca deh ... ternyata WA dari Yuni isinya inii ... " Muji memberikan hapenya ke Anto sambil mengacak-acak rambutnya dan mata berkaca-kaca.
Anto baca pesan dari Yuni, ternyata dalam bentuk gambar yang isinya merupakan Undangan Pernikahan Yuni dan calon suaminya pekan depan. "Yacchh Jiii ... turut berduka ... eh, turut opo yoo kalo gini ... Duh ... yowiss ... mungkin Yuni bukan jodoh kamu, Jiii ... gak apa-apa laahh. Masih banyak cewek manis lain -- tapi jangan Sari, yooo ... hehe."
"Bodoooo amaattt!!! Sari ke laut aja!!!" ketus Muji.
"Yo iyoo iyyooo ... yowis ... jalan-jalan aja deh yuk ... kemana kek ... supaya kamu tenang ngono loohh," Anto berusaha kasih ide.
Muji langsung ambi jaket dan helmnya menuju motor yang ia parkir tak jauh dari tempat mereka duduk di warung ala cafe pinggir jalan.
"Eh, Jiii .. aku jangan ditinggal ngonoo lohh ... " Anto ikut berlari tergopoh-gopoh menyusul Muji.