AI bisa diterapkan untuk membantu diagnosa atau deteksi awal dari penyakit, mendukung pemasaran yang lebih efektif, otomatisasi berbagai proses produksi dan masih banyak lagi. Teknologi yang sama juga bisa digunakan sebaliknya, untuk hal yang negatif, seperti membangun dan menyebarkan hoax, merusak sistem informasi, terorisme.
Satu sayap tidak akan bisa membuat siapa pun terbang tinggi. Ilmu pengetahuan tanpa iman tidak akan membawa manusia pada kebenaran sejati dan peningkatan kualitas hidup. Kita memerlukan kedua sayap: iman dan akal budi.
Dunia adalah pernyataan dari hikmat Allah (Mzm 19:2). Allah menciptakan alam semesta dari chaos menjadi kosmos, dari ketidakteraturan (Kej 1:2a), menjadi keteraturan (Kej 1:3-25). Setelah proses penciptaan tersebut, Allah pun melihat semuanya itu baik. Allah lebih lanjut melihat semuanya itu sangat baik, setelah menciptakan manusia dari debu tanah, sebagai bagian dari alam semesta (Kej 1:31).
Sehingga manusia harus belajar dan meneladani Sang Hikmat dalam mencipta alam semesta, mengubah ketidakteraturan menjadi keteraturan, dalam harmoni, bukan sebaliknya. Orang yang mengabaikan hikmat yang berawal dari takut akan Allah, berarti mempertaruhkan kebahagiaannya (Ams 8:35-36). Kadang-kadang, tantangannya adalah definisi dari kebahagiaan yang bercampur aduk dengan keserakahan.
Keteraturan dan pola di dalam alam yang diciptakan TUHAN menjadi sumber pengetahuan dan hikmat. Amsal 6:6-11 memberikan contoh bahwa manusia bisa mencontoh dari semut dalam mengambangkan tata laku hidup manusia yang tepat. Pola ini yang menjadi salah satu pendekatan dalam metode ilmiah yang digunakan selama ini dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Pandangan subyektif yang berawal dari pengamatan, dikaji dan dibuktikan secara empiris untuk mencapai kesimpulan yang obyektif dalam suatu siklus yang berulang.
Cerita tentang Sir Isaac Newton yang merumuskan teori gravitasi sebagai salah satu contoh bagaimana manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dari pengamatan terhadap pola-pola di alam semesta.
Jika pola di alam semesta menjadi sumber dari ilmu pengetahuan, maka perilaku manusia yang mengganggu keseimbangan di alam semesta akan sangat membahayakan kehidupan manusia itu sendiri. Gejala pemanasan global yang diceritakan di awal tulisan reflektif ini menjadi salah satu bukti nyata.
Amsal 1:1-7 menyampaikan pentingnya mengetahui hikmat, menerima didikan, kebenaran, keadilan dan kejujuran untuk mendapatkan kecerdasan, pengetahuan dan kebijaksanaan. Amsal mempertentangkan hikmat dengan kebodohan. Selanjutnya mari kita belajar beberapa hikmat cara hidup yang tepat menurut Amsal, terutama dalam peran manusia dalam mengusahakan dan memelihara bumi, air dan kekayaan alam di dalamnya.
Pertama, yang menjadi dasar yang sangat penting bahwa kecerdasan, pengetahuan dan kebijaksanaan yang diperoleh bukan untuk menjadi manusia super yang sewenang-wenang, terutama dalam menguasai, menaklukkan dan mengelola alam dan makhluk hidup lainnya. Manusia harus mampu menguasai dirinya. Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang mampu menguasai diri melebihi orang yang merebut kota (Ams 16:32).
Kedua, manusia harus sadar bahwa hikmat manusia terbatas. Hikmat manusia tidak akan bisa menandingi Sang Hikmat, yaitu TUHAN (Ams 21:30-31). Sehingga manusia harus hidup dalam kesadaran dan kerendahan hati. Harapan bagi orang bebal lebih banyak daripada orang yang tinggi hati (Ams 26:12). Pernyataan yang sangat tegas di dalam kitab Amsal.
Ketiga, seperti teladan Yesus bahwa menjadi pemimpin bukan untuk menguasai dengan tangan besi, bukan menjalankan kuasa dengan keras, tetapi seorang pemimpin harus menjadi pelayan (Mat 20:25-28). Manusia yang diberi anugerah untuk berkuasa atas seluruh bumi dan atas segala binatang (Kej 1:26), harus tetap murah hati (Ams 22:9). Mengelola alam dengan tetap memperhatikan kepentingan sesama, segala makhluk dan kelestarian lingkungan hidup.