Mohon tunggu...
Arif Sutrisna
Arif Sutrisna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Saya seorang mahasiswa yang punya hobi badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelisik Sejarah dan Perkembangan Kampung Adat Mahmud

28 Juni 2022   08:39 Diperbarui: 28 Juni 2022   08:46 3492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu ada lahan untuk dijadikan Gedung untuk Masjid baik masjid lama maupun baru, jalan serta ruang terbuka berupa kebun dan halaman. Kampung Mahmud berdiri diatas tanah yang berawa dengan kandungan air yang cukup tinggi. Oleh karena itu, rumah panggung adalah bangunan paling sesuai dengan kondisi lingkungan seperti ini. 

Bermula dari menyesuaikan lingkungan, bentuk bangunan Kampung Mahmud ini kemudian menjadi ciri khas yang terus dipertahankan sampai saat ini. Mata pencaharian masyarakat kampung sebagai petani juga mempengaruhi bentuk kampung, yakni rumah-rumah warga dikelilingi oleh kebun.

Tujuan awal berdirinya Kampung Mahmud adalah untuk menghindari penjajah, atau dengan kata lain sebagai tempat persembunyian. Oleh karena itu, Kampung ini dikelilingi oleh Sungai Citarum sebagai pertahanan alami dan bangunannya terpusat kepada Masjid, atau posisi masjid berada ditengah-tengah Kampung. Pada saat berdiri, akses masuk Kampung Mahmud hanya sebuah rakit. Tetapi, saat ini akses masuk ke Kampung Mahmud sudah cukup mudah dan terbuka untuk umum karena adanya jalan dan jembatan.

Masyarakat Kampung Adat Mahmud bisa dikatakan sebagai sebuah komunitas Adat. Ada banyak pengertian mengenai komunitas adat ini, salah satunya adalah menurut Abd. Latif Bustami, beliau berpendapat bahwa komunitas adat adalah sebuah perkumpulan masyarakat yang tinggal di suatu wilayah dengan batas-batas yang sudah ditentukan dan memiliki pedoman adat tersendiri yang dijalankan dalam kehidupan dan adat tersebut menjadi pembeda bagi mereka dan masyarakat lainnya. 

Sebagai Kampung yang bisa dikatakan terpisah dari kampung lainnya dan mempunyai satu akses masuk saja saat itu, masyarakat Kampung Mahud tentunya hidup dengan penuh kebersamaan dan senantiasa menjaga sikap gotong royong dalam keberlangsungan kehidupannya. Bisa dikatakan bahwa dalam satu Kampung semuanya adalah saudara dan akan membantu satu sama lain serta memiliki ikatan yang kuat. Karena masyarakat seakan terisolasi dan berusaha untuk melindungi diri, seluruh kehidupannya berpusat di kawasan yang sama. 

Dalam hal ini, masyarakat sering melakukan kegiatan sosial seperti Gotong Royong untuk kepentingan bersama, mempelajari kebudayaan kampung termasuk mengajarkan kembali dan mengikuti perkumpulan keagamaan bersama mayarakat Kampung. 

Kondisi sosial demikian terjadi sebelum akses untuk masuk ke kampung terbuka lebih lebar, karena saat Kampung sudah cukup bebas dimasuki oleh wisatawan, sikap sosial seperti ini sudah berkurang Implementasinya karena masyarakat sudah mengenai teknologi serta bepergian ke luar kampung dengan bebas. 

Kampung Mahmud memiliki nilai-nilai budaya yang melimpah dan masih terus diterapkan sampai saat ini. Ada beberapa kategori nilai budaya dalam masyarakat Kampung Mahmud, nilai tersebut dapat berupa larangan, kebiasaan maupun peninggalan. 

 Ada beberapa larangan di Kampung Mahmud, yaitu:

1. Dilarang membangun rumah dengan material tembok dan memiliki kaca. 

2. Dilarang memukul alat musik goong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun