> KESIMPULAN <
Supervisi akademik ini dilakukan untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu:
Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang:
- interaktif;
- inspiratif;
- menyenangkan;
- menantang;
- memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan
- memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.
Supervisi akademik yang kita jalankan benar-benar berfokus pada proses pembelajaran.
Supervisi akademik juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri guru di sekolahnya.
kepala sekolah yang dapat mendorong kita sebagai warga sekolah untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakan pada murid adalah pemimpin sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Secara filosofi coaching berarti mengantarkan seseorang menuju tempat tujuan. Coaching adalah bentuk kemitraan yang dijalankan melalui proses kretaif dari eksplorasi, memunculkan ide untuk mengembangkan kemampuan personal dan profesional.
Kemampuan coaching spesifik : mendengarkan aktif, mengajukan pertanyakan berbobot, memancing ide2 dan memfasilitasi pertumbuhan.
Mentoring
Konseling
Fasilitasi
Training
Transfer pengalaman
Memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah laku
Intervensi meningkatkan efektivitas
memfasilitasi pembelajaran
Paradigma Berpikir Coaching
Paradigma
Pengertian
Penerapan
Fokus pada Coachee/rekan yang akan dikembangkan
kita memusatkan perhatian kita pada rekan yang kita kembangkan, bukan pada "situasi" yang dibawanya dalam percakapan.
saat seorang guru (coachee) menyampaikan situasi mengenai salah satu muridnya yang mengalihkan perhatian guru tersebut. Kemudian rekan sejawatnya (coach) memfokuskan coachee kepada apa yang perlu dilakukan. Percakapan ini berlanjut kepada hal-hal apa saja yang guru tersebut perlu lakukan berbeda, apa yang perlu diketahui atau kuasai untuk dapat mencapai tujuan yaitu, sang murid dapat fokus menyimak penjelasannya pada saat dia mengajar.
Bersikap terbuka dan ingin tahu
Berusaha untuk tidak menghakimi, melabel, berasumsi, atau menganalisis pemikiran orang lain;
Mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang, dan tidak menjadi emosional;
Tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa yang membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu.
“Pada saat saya mendengarkan apa-apa yang Ibu ceritakan, saya menangkap adanya keinginan Ibu untuk terus berusaha sebisa Ibu. Apakah betul seperti itu Bu?”
“Tadi Ibu mengatakan ya sudah saya menurut saja apa yang dikatakan oleh kepala sekolah, dari mana datangnya pikiran itu?”
Memiliki kesadaran diri yang kuat
Kita perlu mampu menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan mempengaruhi percakapan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari rekan kita.
Mampu melihat peluang baru dan masa depan
Kita harus mampu melihat peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa rekan kita melihat masa depan. Coaching mendorong seseorang untuk fokus pada masa depan, karena apapun situasinya saat ini, yang masih bisa diubah adalah masa depan. Coaching juga mendorong seseorang untuk fokus pada solusi, bukan pada masalah
- Tadi Bapak/Ibu sudah ceritakan situasi Bapak/Ibu saat ini, lantas situasi ideal apa yang Bapak/Ibu inginkan di masa depan?
- Tadi Bapak/Ibu sudah ceritakan tantangan/masalah yang Bapak/Ibu hadapi saat ini, lantas idealnya situasinya seperti apa?
- Apa saja yang bisa dijadikan pilihan untuk dapat mewujudkan situasi ideal tersebut?
- Ada peluang apa saja yang dimiliki?
- Apa yang perlu dilakukan untuk dapat memiliki peluang-peluang baru?
Prinsip Coaching
Prinsip coaching dikembangkan dari tiga kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi”.
Prinsip
Pengertian
Penerapan
Kemitraan
- Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah.
- Kesetaraan dapat dibangun dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri kita, pada saat kita akan mengembangkan rekan sejawat yang lebih tua, lebih senior, dan atau lebih berpengalaman. Sebaliknya, kita perlu menumbuhkan rasa rendah hati pada saat rekan sejawat yang akan kita kembangkan adalah rekan yang lebih muda, lebih junior, dan atau memiliki pengalaman yang lebih sedikit dari kita.
- Apa yang ingin Bapak/Ibu kembangkan dalam enam bulan ke depan?
- Apa yang ingin Bapak/Ibu capai di akhir semester/tahun pelajaran ini?
- Di antara standar proses pembelajaran yang kita miliki, bagian mana yang menurut Bapak/Ibu paling perlu Bapak/Ibu tingkatkan/kembangkan?
Proses Kreatif
Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan, yang:
- dua arah (mendengarkan rekan kita dan kemudian melontarkan pertanyaan untuk membantu rekan kita untuk lebih memahami situasi dirinya, situasi ideal yang dia inginkan, serta langkah-langkah untuk membawa dia dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang dia inginkan)
- memicu proses berpikir coachee
- memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru
Guru yang menjadi coach hanya melontarkan pertanyaan untuk membantu rekan sejawatnya memetakan situasi dia saat ini dan situasi yang dia inginkan di masa depan. Dua pertanyaan terakhir adalah contoh pertanyaan untuk menghasilkan ide-ide baru.
Memaksimalkan Potensi
Percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya. Selain itu juga, percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh rekan yang sedang dikembangkan.
Pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh kita kepada rekan sejawat kita untuk bergerak maju adalah sebagai berikut:
- Jadi apa yang akan Bapak/Ibu lakukan setelah sesi ini dari alternatif-alternatif tadi?
- Kapan Bapak/Ibu akan melakukannya?
- Bagaimana Bapak/Ibu memastikan ini bisa berjalan?
- Siapa yang perlu dimintai dukungan?
Pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh kita kepada rekan sejawat kita untuk meminta mereka menyimpulkan adalah sebagai berikut:
- Apa yang bisa Bapak/Ibu simpulkan dari percakapan kita barusan?
- Apa yang menjadi pandangan baru dari percakapan kita barusan?
Kompetensi Inti Coaching
Kehadiran Penuh/Presence : kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching.
Mendengarkan Aktif : Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengarkan dengan aktif atau sering kita sebut dengan menyimak. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee. Yang penting adalah bagaimana coachee menilai dirinya sendiri.
Mengajukan Pertanyaan Berbobot : Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.
Mendengarkan dengan RASA
RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask yang akan dijelaskan sebagai berikut:
R (Receive/Terima), yang berarti menerima/mendengarkan semAskua informasi yang disampaikan coachee. Perhatikan kata kunci yang diucapkan.
A (Appreciate/Apresiasi), yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee. Respon yang diberikan bisa dengan anggukan, dengan kontak mata atau melontarkan “oh…” “ya…”. Bentuk apresiasi akan muncul saat kita memberikan perhatian dan hadir sepenuhnya pada coachee tidak terganggu dengan situasi lain atau sibuk mencatat.
S (Summarize/Merangkum), saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama. Perhatikan dan gunakan kata kunci yang diucapkan coachee. Saat merangkum bisa gunakan potongan-potongan informasi yang telah didapatkan dari percakapan sebelumnya. Minta coachee untuk konfirmasi apakah rangkuman sudah sesuai.
Setelah merangkum apa yang disampaikan coachee bagian terakhir adalah
A (Ask/Tanya). Sama dengan apa yang sudah disampaikan sebelumnya terkait kiat mengajukan pertanyaan berbobot berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengajukan pertanyaan:
- ajukan pertanyaan berdasarkan apa yang didengar dan hasil merangkum (summarizing)
- ajukan pertanyaan yang membuat pemahaman coachee lebih dalam tentang situasinya
- pertanyaan harus merupakan hasil mendengarkan yang mengandung penggalian atas kata kunci atau emosi yang sudah dikonfirmasi
- dalam format pertanyaan terbuka: menggunakan apa, bagaimana, seberapa, kapan, siapa atau di mana
- Hindari menggunakan pertanyaan tertutup: “mengapa” atau “apakah” atau “sudahkah”
Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA
TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will.
Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.
TIRTA (Tujuan)
Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)
Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang (dalam pikiran coach) dan yang dapat ditanyakan kepada coachee diantaranya:
Apa rencana pertemuan ini?
Apa tujuannya?
Apa tujuan dari pertemuan ini?
Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?
Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?
Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih.
TIRTA (Identifikasi)
Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini diantaranya adalah:
Kesempatan apa yang Bapak/Ibu miliki sekarang?
Dari skala 1 hingga 10, dimana posisi Bapak/Ibu sekarang dalam pencapaian tujuan Anda?
Apa kekuatan Bapak/Ibu dalam mencapai tujuan tersebut?
Peluang/kemungkinan apa yang bisa Bapak/Ibu ambil?
Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi Bapak/Ibu dalam meraih tujuan?
Apa solusinya?
TIRTA (Rencana Aksi)
Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)
Apa rencana Ibu/bapak dalam mencapai tujuan?
Adakah prioritas?
Apa strategi untuk itu?
Bagaimana jangka waktunya?
Apa ukuran keberhasilan rencana aksi Bapak/Ibu?
Bagaimana cara Bapak/Ibu mengantisipasi gangguan?
TIRTA (Tanggung Jawab)
Tanggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)
Apa komitmen Bapak/Ibu terhadap rencana aksi?
Siapa dan apa yang dapat membantu Bapak/Ibu dalam menjaga komitmen?
Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
> REFLEKSI <
- Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh ?
Pengalaman/materi pembelajaran yang saya peroleh selama proses belajar coaching saya mendapat pengetahuan dan pengalaman baru sepanjang saya menjadi seorang pendidik. Pengetahuan tentang coaching sebagai upaya untuk yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dalam memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi. Saya juga mengetahui cara-cara sebagai coach dalam melaksanakan coaching terhadap coachee dengan kompetensi dan prinsip-prinsip coaching.
Pengalaman baru yang saya peroleh adalah ketika saya mempraktikkan coaching kepada rekan sesama calon guru penggerak dan mencoba mempraktekkan kepada rekan sejawat. Bersama rekan calon guru penggerak mungkin sedikit mudah karena sama-sama tahu alurnya, namun kepada rekan sejawat sedikit kesulitan. Namun hal ini tidak membuat saya menyerah, mungkin di lain kesempatan saat mengobrol dengan rekan sejawat saya bisa menerapkan prinsip-prinsip dan kompetensi coaching yang saya miliki.
- Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar ?
saya sangat bersemangat dan penasaran saat ingin mempelajari berbagai teknik coaching ini, karena saya mendambakan menjadi guru yang bisa one stop solution bagi siswa dan juga rekan guru yang lainnya.
- Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan diri dalam proses belajar?
saya sudah menjalani berbagai proses praktik menjadi coach, coachee dan supervisor dengan sangat percaya diri dan semangat.
- Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar?
Hal yang perlu saya perbaiki adalah mencari kata kunci dan menanyakan pertanyaan yang berbobot yang dapat menggali informasi lebih dalam lagi tentang masalah coachee dan menggali lebih dalam lagi potensi yang dimiliki oleh coachee dalam menemukan solusi atas malasah pribadinya. Disamping itu dalam percakapan coaching terkadang muncul asumsi-asumsi dalam pikiran saya dan ini harus saya hindari dengan mengosongkan pikiran saya dari asumsi terhadap coachee. Tentu hal ini harus saya latih dan saya asah agar menjadi lebih baik lagi.
- Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
saat saya mempraktikan proses coaching, saya harus mampu mengendalikan diri untuk menghindari asumsi-asumsi pribadi dan rasa emosi agar muncul kematangan berpikir dan bertindak sesuai dengan prinsip coaching.
- Pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh
"Apa yang harus dilakukan jika seorang coachee merasa tidak nyaman atau tidak cocok dengan gaya coaching yang dilakukan oleh coach?". Jika coachee merasa tidak nyaman dengan gaya coaching yang dilakukan oleh coach, coachee dapat mengungkapkan hal tersebut dengan cara yang terbuka dan jujur kepada coach. Dengan demikian, coach dapat mencari solusi yang tepat dan mengubah pendekatan coachingnya untuk memenuhi kebutuhan coachee. Atau Cari coachee dapat mencari coach lain yang lebih sesuai. Sebelum mencari coach baru, coachee sebaiknya mengevaluasi apa yang mereka cari dalam seorang coach dan mencari orang yang memiliki kualifikasi dan pengalaman yang tepat.
- Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru
saat coaching kita tidak bisa memaksakan. harus dapat melihat kondisi coachee, kita dapatmelihat dari raut wajah, gerak tubuh, jika coachee sudah tidak nyaman, proses coaching harus ditunda.
- Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)
Tantangan membagi waktu sebagai guru dan sebagai coach, sebagai Seorang guru sudah seastinya memiliki tugas dan tanggung jawab yang padat sebagai pengajar, sehingga menjadi coach dapat menambah beban kerja dan membutuhkan waktu ekstra.
Tidak semua orang akan responsif, ketika saya ingin membantu rekan sesama guru dengan menggunakan paradigm coaching secara tidak langsung, terkadang orang yang menjadi coachee tidak merespons dengan baik pada pendekatan coaching. Khususnya dalam membantu rekan guru untuk dapat melaksanakan pembelajaran diferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Karena dua model pembelajaran ini tentu harus dilakukan dengan keluar dari zona nyaman, dan tidak semua orang mau melakukannya.
- Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
Perlu mengatur waktu mereka dengan baik agar bisa memberikan perhatian yang cukup untuk tugas-tugas coaching tanpa mengorbankan pekerjaan lainnya dan saya perlu mengembangkan kompetensi coaching saya agar dapat hadir sepenuhnya dan membantu menemukan solusi dari masalah yang dihadapi coachee tanpa menggurui.
- Koneksi dari pembelajaran dengan pengalaman masa lalu
Supervisi yang saya pernah alami cenderung berfokus pada perbaikan masalah dan mencari kesalahan yang perlu diperbaiki. Saya merasa supervisi tersebut lebih bersifat kritik dan kurang memberikan ruang bagi saya untuk mempertimbangkan perspektif saya sendiri. Sedangkan dalam prinsip coaching kali ini, seharusnya coachee yang secara sadar menemukan solusinya.
- Koneksi dari pembelajaran dengan penerapan di masa mendatang
Jika saya diberi kesempatan untuk melakukan supervisi, saya tidak hanya berfokus pada kesalahan atau masalah, tetapi juga memberikan perhatian pada kekuatan dan potensi yang coachee miliki. Saya akan mengajukan pertanyaan reflektif yang membantu guru untuk mengeksplorasi ide mereka sendiri dan mencapai solusi yang berbasis pada pemikiran mereka sendiri.
- Koneksi dari pembelajaran dengan konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
Dengan Modul 2.1 kita diajarkan untuk mengajar dengan memperhatikan kebutuhan murid agar murid bisa memaksimalkan potensinya sendiri. begitupula dengan coaching. kita harus memperhatikan kebutuhan coachee agar bisa memaksimalkan potensinya sendiri untuk menemukan solusi.
Dalam Modul 2.2 kita diajarkan teknik STOP dan mindfullnes. teknik tersebut juga sangat penting dalam coaching agar proses coaching berjalan objektif dan efektif.
- Koneksi dari pembelajaran dengan informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP
saya mendalami lewat buku The Power Of Charm yang ditulis oleh Brian Trancy and Ron Arden. Orang yang memesona salah satunya bisa menjadi pendengar yang baik. Pembaca dapat menerapkan teknik mendengarkan efektif. Teknik tersebut mencakup mendengarkan, berhenti sejenak, mengajukan pertanyaan bijaksana, dan parafrasekan.Seorang yang memusatkan pendengaran, dan perhatiannya khusus untuk mendengarkan cerita mu. Pada salah satu bab juga ditegaskan saat menjadi pendengar yang penuh perhatian, kita dapat melakukan penegasan Vokal untuk memberitahukan pada pembicara bahwa kita menyimak, dan tidak bermaksud mencela. seringkali tanpa sadar atau sadar, kita menanggapi pembicara orang dengan kata "He-eh,Aah, Mmhmm" atau gunakan tips penegasan Verbal seperti menanggapi dengan"Begitu", "Benarkah", "Ya Begitulah".
~ Tabik! ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H