Mohon tunggu...
Arif Setiyanto
Arif Setiyanto Mohon Tunggu... -

State University of Jakarta 2009 | writer| mimpi tinggi, cerita panjang, khayalan luas, harapan terbentang | kamu adalah apa yang kamu keluarkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Janji Malam

19 Maret 2014   20:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan waktumu disini sudah habis. Aku mencoba menghapus ketakutan. Kita berdua bertemu di emperan Langgar Pak Modin Parman. Tempat kita mengajar TPA setiap malam.

“Enggar nggak marah sama Anis kan?”, matamu memerah. Aku tahu, kau pun merasa kesedihanku.

Aku menggeleng.

“Tunggulah saat malam berwarna perak karena purnama, aku akan kembali untuk melunasi janji!”

“Janji apa?”

“Kamu memuliakan wanita. Kamu pasti mendapatkan wanita mulia yang memuliakanmu!”

Dan itu, kamu. Kata itu cukup berat keluar Nis, hanya sampai kerongkongan saja.

Lalu angin masih berhembus seperti kemarin, kau menghilang bersama jejak mulia ayahmu.

4

Tubuhku melemah, Nis. Tiga bulan yang lalu ibu sudah menasihatiku untuk tak menjadi marbot langgar. Untuk tak tidur di emperan, mengakhiri pola makan tak keruan, dan segera melupakan namamu. Modin Man pun sudah cukup lelah menemaniku menatap purnama. Semua orang se-desa sudah menvoniskugendheng. Bahkan pemuda teman SMA kita dulu selalu bersyukur ketika melihatku, karena mereka merasa beruntung tak mendapatkan kau dulu.

Namun, aku yakin. Kau wanita baik-baik. Waktu yang kuhabiskan masih terlalu singkat untuk menunggu wanita mulia yang ‘sebentar lagi’ menemuiku. Tapi aku tak tahu, seberapa ‘sebentar lagi’ menurut perasaanmu. Karena komponen semua itu relatif. Namun, percayalah, cintaku padamu multak. Hingga saat ini, esok, dan hari depan!

Arif Setiyanto dan kerinduan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun