Mohon tunggu...
Arif Setya
Arif Setya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Imperialisme Baru dan Umat yang Tertidur

28 Januari 2018   05:37 Diperbarui: 28 Januari 2018   11:12 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada nama tercatat dalam ukiran, atau monumen  dibuat untuk kehormatan mereka. Tidak ada semenit untuk berhening, tidak ada bunga setiap tahun, tidak ada penghormatan untuk kematian umat ini, dan tidak ada sumbangan untuk keluarga mereka. Bahkan dapat kembali kita ingat di Khutbah Jum’at masing-masing masjid kita, nama siapa saja (atau setidaknya negeri!) yang disebut dalam ritual tersebut. Tidak satu jiwa saja kita bisa ingat, yaitu mereka yang tidak bisa terkubur, bahkan di kuburan massal sekalipun.

Bandingkan misal, dengan perilaku dari mereka yang tidak melihat dirinya sendiri sebagai inferior. Mereka yang secara mental (ataupun fisik) tidak merasa kalah. Peristiwa 9–11 di Amerika telah menunjukkan bagaimana reaksi dari penjuru “dunia barat” sangat luar biasa pada waktu itu.

Total jumlah korban nyawa sebanyak 2996 jiwa menyebabkan rentetan kejadian yang mengerikan. Perang adalah jawaban.

Buru!

Cari orang yang bertanggung jawab !

Itulah yang diinginkan barat bagi orang-orang yang mereka sangka telah mengambil kebebasan mereka. Peristiwa yang akhirnya mengarah pada invasi dua negara dan kematian jutaan orang ini, masih bisa kita rasakan dampaknya hingga sekarang.

www.medium.com
www.medium.com
Setiap tahun Amerika mengingat nyawa orang-orang mereka yang telah hilang. Setiap dari nyawa itu memiliki nilai. Monumen besar didirikan khusus untuk mereka yang meninggal. Bagaimana dengan umat Islam?

Sedikitnya reaksi dari umat ini mungkin mengejutkan (apabila kita berpikir). Namun disitulah terletak bukti dari inferior kompleks kita. Kebencian akan kaum kita sendiri. Oleh pikiran umat ini yang tertanam imperialisasi.

Tentu saja, ini semua bukan satu-satunya contoh dari mentalitas umat Islam yang aneh dan tragis. Masih banyak contoh diluar sana yang bisa kita temukan.

Sejarah Indonesia disamping itu, masih dapat kita syukuri. Negeri ini memiliki Pahlawan-pahlawan Islam yang sangat hebat. Mereka Ibu dan Bapak yang telah menjaga negeri ini dari gempuran, sehingga imperialisme tidak bisa bergerak dengan bebas.

Tokoh-tokoh seperti Laksamana Malahayati, KH Wahid Hasyim, Ahmad Dahlan, HOS Tjokroaminoto, atau M. Natsir adalah sedikit yang mampu menunjukkan mentalitas seorang Muslim yang sesungguhnya. Ketika pemikiran imperialis mengajarkan Islam hanya mengenai pakaian, kaki mana yang digunakan untuk masuk toilet, dan tangan mana yang digunakan untuk makan, mereka sudah menggunakan tangan mereka untuk menegakkan keadilan Islam di Nusantara ini puluhan tahun yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun