Mohon tunggu...
Arif Setya
Arif Setya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Imperialisme Baru dan Umat yang Tertidur

28 Januari 2018   05:37 Diperbarui: 28 Januari 2018   11:12 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selanjutnya, para wisauhawan pribumi mengadakan dakwah yang lebih intensif, hingga masuk ke daerah pedalaman. Periode ini disebut sebagai masa pengembangan agama Islam di Nusantara Indonesia. Hal ini terjadi pada abad 6 H atau abad ke-13 M.

www.squarespace.com
www.squarespace.com
Cakupan wilayah luas, yang terdiri dari ratusan ribu pulaunya memang jadi tantangan tersendiri bagi para pencari jejak awal perkembangan Islam di Nusantara. Berbagai teori pun berkembang. Bagi kita, generasi yang sudah merajut pendidikan di bangku SMP/SMA tentu tak asing dengan nama orientalis Barat, Christian Snouck Hurgronje. Snouck, tokoh inilah yang mencetuskan pendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada Abad 13 dan serta merta mendirikan kerajaan, tanpa memberi keterangan prosesnya. Pandangan ini yang kemudian ditolak oleh tokoh Indonesia seperti Buya Hamka dalam Api Sejarah. Ahmad Mansur Suryanegara bahkan, jika boleh dikatakan, berusaha untuk mengoreksi pemahaman sejarah yang banyak dipengaruhi Barat dalam keseluruhan dua jilid bukunya.

Berdasarkan hal tersebut,  terdapat hal yang tidak bisa kita elakkan. Yaitu terjadinya semacam upaya penafsiran ulang terhadap sejarah Islam. Baik oleh kalangan muslim atau bukan. Semenjak runtuhnya Turki Utsmani atau dengan datangnya Kolonial Belanda di Indonesia, sejarah yang dikonsumsi umat Islam kemudian mulai berubah. Inilah salah satu perang pemikiran yang kita hadapi sekarang : pengubahan sejarah dan identitas umat Islam oleh Barat.

Rencana imperialis tidak hanya sesederhana untuk menciptakan negeri Muslim yang lebih kecil, tapi untuk mengubah sejarah dan identitas itu sendiri. Tidak hanya menciptakan “nation state”, tapi perpecahan ukhuwah diantara umat Islam.

Idenya adalah untuk memecah satu identitas pemersatu, identitas Muslim dan menggantikannya dengan identitas-identitas yang lain. Kita dengan begitu, mulai melihat diri kita dengan batasan etnis, kelompok, atau garis-garis sektarian.

Jelas bahwa umat muslim tidak akan dengan mudah menyerahkan identitas, atau sejarah mereka. Saat inilah kekuatan imperialis akan memaksa penanaman identitas baru ini, baik secara fisik atau non fisik. Dunia sudah menjadi saksi terhadap jutaan Muslim yang terbunuh, kelaparan sampai mati, dan disiksa, dari ujung timur sampai barat, untuk memastikan identitas imperialis ini menggantikan pemahaman Islami yang bisa menyebabkan persatuan umat.

Reaksi umat tentu saja tidak tinggal diam melihat realita tersebut. Usaha untuk membatasi gerakan persatuan umat global ini (yang dikenal dengan Pan Islamisme), juga ditujukan pada lingkup negara, wilayah, sampai tokoh-tokoh tertentu. Pengorbanan tokoh-tokoh yang memerjuangkan Islam (seperti Jamaluddin Afhani, Hassan Al Bana, dsb), jarang terdengar karena memang besarnya kekuatan Imperialis Barat dalam mengarahkan opini yang ada.

Sekali dikalahkan, Muslim akan diajarkan oleh imperalis tentang kisah bahwa mereka Inferior dari satu waktu, ke waktu yang lain, secara berulang. Hingga akhirnya secara tidak sadar, semua hal tersebut dipercayai. Ucaplah kebohongan berkali-kali, maka kebohongan tersebut akan menjadi kebenaran.

Umat Islam akhirnya, akan terkolonialisasi dan menjadi inferior. Ambil contoh global misal, bagaimana kecilnya umat ini memerhatikan nyawa kaum mereka sendiri. Umat Islam tak pernah mengingat siapapun dari bagiannya yang hilang. Tidak ada monumen dan peringatan untuk jutaan yang telah terbunuh selama berabad-abad.

Tidak untuk jutaan muslim yang “dibersihkan” selama jatuhnya Spanyol, ratusan ribu umat muslim yang terkatung-katung dan bahkan dibantai di Myanmar, ratusan/ribuan muslim yang dibantai di Maluku. Tidak untuk berbagai kisah lainnya. Semuanya dilupakan dari ingatan umat ini.

Dari Malaysia ke Maroko, dari Indonesia ke India, dari Bosnia ke Burma, sejarah tertutup. Hingga Suriah menangis kembali, Palestina kembali berkobar, dan semuanya sedang dihancurkan, dan kita masih diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun