Susur sungai, kegiatan kemah sejatinya merupakan kegiatan yang menyenangkan. Para pengelola Pramuka yang buta sejarah, lemah akal justru mendidik dengan hal aneh-aneh. Memakan hidup-hidup hewan atau tumbuhan tanpa dimasak, minum air apa saja sembarangan yang ada di hutan, atau bahkan melakukan hukuman fisik kepada anggota Pramuka yang menolak perintah.
Kekurangpahaman dan salah tafsir gerakan Pramuka justru semakin mengukuhkan bahwa Pramuka memang tidak wajib dan harus menjadi ekstra kurikuler pilihan. Untuk apa ikut kegiatan Pramuka yang mestinya santai, menyenangkan, penuh keakraban, cinta lingkungan justru mendidik kita menjadi manusia pendendam, penuh amarah, dan berakhir menjadi mayat saat usai diklat kepramukaan?. Bila itu yang terjadi, rasanya Pramuka memang cukup menjadi ekstrakurikuler pilihan saja. Toh dengan dijadikan ekstrakurikuler pilihan, Pramuka mestinya semakin membuktikan manfaat, semakin banyak peminat di sekolah.
Kita musti mengembalikan "sukma" Pramuka sebagai gerakan kepanduan ke tujuan semula, tanpa mengekang kebebasan siswa kita. Mereka berhak memilih [merdeka] dalam berkarya dan mengembangkan bakatnya