Mohon tunggu...
Arif Yudistira
Arif Yudistira Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Suka Ngopi, dan jalan-jalan heppy.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Kalau Pramuka Dibubarkan?

21 Mei 2024   14:42 Diperbarui: 21 Mei 2024   14:51 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Pramuka.network 

Saya sepakat, kegiatan Pramuka sejatinya memiliki nilai-nilai positif bagi perkembangan potensi siswa. Pramuka didirikan dengan tujuan memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dalam menjaga dan membangun berkecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun NKRI, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan [Kwartir Nasional Pramuka].

Dalam perjalanannya, kegiatan Pramuka mengalami perkembangan, dinamika dan juga persoalan sesuai tantangan zaman.

Di Indramayu, dua bulan yang lalu, ada 3 anak SD tenggelam di Sungai saat mengikuti kegiatan Pramuka, dua orang meninggal dunia. Ada korban yang sebelumnya sakit tetapi dipaksakan ikut Pramuka sehingga bertambah parah sakitnya. 

Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menerbitkan Permen No 12 tahun 2024. Dalam Permen tersebut, tidak dicantumkan ekstra Pramuka sebagai Ekstra kurikuler wajib [KR, 27/4/2024]. Nadiem menilai, peraturan ini ditujukan agar siswa bisa lebih leluasa, dan memilih ekstra sesuai dengan minat mereka, sehingga potensi mereka bisa dikembangkan dan tidak lagi merasa terbebani dengan kewajiban mengikuti Pramuka.

 

 Kontroversi 

Kebijakan Nadiem ini ternyata menimbulkan kontroversi. Bahkan berkembang wacana, bahwa Pramuka akan dihapus dari sekolah. Kehadiran Pramuka sebagai pembentuk karakter dan memperkuat nasionalisme dinilai memiliki sumbangsih besar, sehingga banyak pihak merasa keberatan bila ekstra kurikuler Pramuka tidak diwajibkan. Respon Kwartir Nasional Pramuka juga mendesak Mas Menteri untuk merevisi Permen no 12/2024 [KR,29/4/2024].

Bila ditilik dari status Pramuka sebagai gerakan kepanduan dan ekstra kurikuler, mestinya Pramuka tidak menjadi masalah saat ia menjadi esktra kurikuler pilihan. Kasus ini membuat saya mengingat kembali saat mengikuti kegiatan Pramuka di tingkat SMA. Waktu itu saya sedang pusing, kepala saya sakit berat seperti hendak pingsan. Saya sudah siap memakai baju Pramuka dan segala perlengkapannya. Saya takut saya tidak naik kelas. Pramuka di sekolah saya menjadi ekskul wajib dan ikut mempengaruhi raport dan turut menentukan kenaikan kelas. Alhasil saya pun terpaksa berangkat meski terlambat. Tidak disangka di sekolah saya justru mendapat perlakuan tak sedap, mendapat hukuman teriakan ala militer dan hukuman fisik yang menambah sakit saya.

Ekstrakurikuler Pramuka yang diwajibkan itu ternyata sistemik. Saat saya menjadi Kepala Sekolah di sebuah SMK Swasta di Sukoharjo, peraturan Pramuka yang menjadi ekskul wajib masih berlangsung. Selain menentukan kenaikan, juga menentukan kelulusan siswa. Siswa yang tidak lulus Pramuka, ditahan raportnya dan diwajibkan ikut kemah tahun berikutnya bila dirinya tidak mengikuti kemah akhir tahun.

Penggemblengan mentalitas siswa di sekolah, saya kira tidak perlu se-ekstrem yang dilakukan oleh Pramuka selama ini. Ketidaktahuan, warisan senioritas dan juga dangkalnya ilmu kepanduan membuat para aktivis Pramuka membuat kegiatan Pramuka menjadi begitu serius, keras, dan tidak menyenangkan.

Susur sungai, kegiatan kemah sejatinya merupakan kegiatan yang menyenangkan. Para pengelola Pramuka yang buta sejarah, lemah akal justru mendidik dengan hal aneh-aneh. Memakan hidup-hidup hewan atau tumbuhan tanpa dimasak, minum air apa saja sembarangan yang ada di hutan, atau bahkan melakukan hukuman fisik kepada anggota Pramuka yang menolak perintah.

Kekurangpahaman dan salah tafsir gerakan Pramuka justru semakin mengukuhkan bahwa Pramuka memang tidak wajib dan harus menjadi ekstra kurikuler pilihan. Untuk apa ikut kegiatan Pramuka yang mestinya santai, menyenangkan, penuh keakraban, cinta lingkungan justru mendidik kita menjadi manusia pendendam, penuh amarah, dan berakhir menjadi mayat saat usai diklat kepramukaan?. Bila itu yang terjadi, rasanya Pramuka memang cukup menjadi ekstrakurikuler pilihan saja. Toh dengan dijadikan ekstrakurikuler pilihan, Pramuka mestinya semakin membuktikan manfaat, semakin banyak peminat di sekolah.

Kita musti mengembalikan "sukma" Pramuka sebagai gerakan kepanduan ke tujuan semula, tanpa mengekang kebebasan siswa kita. Mereka berhak memilih [merdeka] dalam berkarya dan mengembangkan bakatnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun