Membangun transportasi public yang bakal dikenang bahkan 100 tahun setelahnya jelas memerlukan waktu yang tidak singkat. Indonesia terlalu singkat membangun kereta cepat. Infra struktur belum matang, dananya utang, dan seperti kebut atau kejar setoran.
Di saat ruang terbuka hijau makin sempit, hadirnya taman atau ruang hijau di dalam transit transportasi public adalah bak surga. Anda akan merasa tenang, ada suasana damai saat melihat Changi Airport, Singapura. Singapura menawarkan satu estetika modern tentang bangunan public dan juga bangunan wisata yang menawarkan oase tersendiri.
Politis
Â
Hasrat membuat sesuatu yang bersejarah, berbeda kadang terkalahkan dengan hasrat politis. Para Kepala Daerah/ Pemimpin Jakarta terlanjur tergesa-gesa ingin dicatat, dikenang dengan bangunan monumentalnya. Soekarno dengan Monasnya, Anis dengan JIS nya, dan lain sebagainya.
Hasrat politis tadi mengalahkan pada kualitas bangunan, efektifitas bangunan, sampai dengan seberapa filosofis bangunan itu di masa depan sering diabaikan.
Kota sebagaimana burung-burung yang diletakkan di Bundaran HI di tahun-tahun lampau di Jakarta kala itu membutuhkan Oase. Oase itu tidak sekadar menjadi penghilang penat atas rutinitas kerja, beban pikiran dan juga masalah psikologis manusia kota.
Ia adalah ruang untuk merenung, sejenak diam, sembari mensyukuri hidup yang singkat ini. Kita tidak tahu di kota mana kita akan tinggal setelah mati, kita tidak tahu di tempat macam apa kelak kita akan tinggal setelah lepas dari dunia ini. Tentu kita berharap pohon-pohon dan air mancur macam di Changi, atau hotel-hotel dan Pantai macam di Bali akan menjadi rumah kita kelak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H