Mohon tunggu...
Arif Yudistira
Arif Yudistira Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Suka Ngopi, dan jalan-jalan heppy.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Hijau dan Masa Depan Lingkungan Kita

30 Oktober 2023   14:45 Diperbarui: 30 Oktober 2023   14:49 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebocoran sampah plastik di Sungai Brantas Kota Malang. Foto  Fully Syafi

Indonesia saat ini mengalami masalah darurat pengelolaan sampah. Sampah di Indonesia telah berakibat pada berbagai kerusakan lingkungan hidup. 

Masalah banjir, penyakit menular, sampai pada kerusakan ekologis lainnya. Ekosistem sungai dan laut turut serta rusak akibat carut marut dalam tata kelola sampah secara nasional.

Industri besar dan pabrik di Indonesia, turut menjadi penyumbang kerusakan air laut dan juga sungai-sungai besar di Indonesia. Tambang batubara dan juga mineral menjadi penyebab tercemarnya ekosistem laut dan sungai kita.

Jambeck Research Group (2015) membeberkan hasil penelitian mereka di tahun 2015, Indonesia ada di urutan kedua sebagai penyumbang sampah plastik terbesar di dunia ke lautan. 

Nomor satu China dengan sampah per tahun 262,9 juta ton, Indonesia 187,2 juta ton, Filiphina 83,4 juta ton, Vietnam 55,9 juta ton, dan Sri Lanka 14,6 juta ton.

Making Oceans Plastic Free (2017) juga menyebutkan sekitar 182,7 miliar kantong plastik digunakan di Indonesia setiap tahunnya. Artinya bobot total sampah kantong plastik di Indonesia mencapai 1.278.900 ton per-tahunnya. Sampah kantong plastik menyumbang setidaknya 40% dari keseluruhan sampah plastic di Indonesia. 511.560-ton kantong plastik yang digunakan masyarakat Indonesia berakhir ke lautan. Berdasarkan data dari NPAP (National Plastic Action Partnership) menyebutkan bahwa 70% sampah plastik nasional diperkirakan sejumlah 4,8 juta ton pertahun tidak terkelola dengan baik, seperti dibakar di ruang terbuka (48%), tidak dikelola layak di tempat pembuangan sampah resmi (13%) dan sisanya mencemari saluran air dan laut (9%) (sekitar 620.000-ton sampah plastik).

Disamping persoalan sampah plastik yang belum terkelola dengan baik, Indonesia anehnya masih tercatat sebagai negara pengimpor sampah plastik dari luar negeri. Mengutip data UN Comtrade, negara asal impor sampah plastik terbesar Indonesia adalah Belanda. Indonesia mengimpor 51,5 ribu ton sampah plastik dari negara tersebut. Selanjutnya, Indonesia mengimpor 37,54 ribu ton sampah plastik dari Jerman dan 17,1 ribu ton sampah plastik dari Slovenia. Impor sampah plastik dari Amerika Serikat tercatat sebesar 16,4 ribu ton. Indonesia juga mengimpor sampah dari negara tetangga Singapura. Impor sampah ini mencapai 13,27 ribu ton. Impor sampah plastik ini biasanya dilakukan untuk daur ulang. Meski begitu, kurangnya regulasi dan pengawasan berdampak terhadap negara-negara penerima sampah plastik ini. Risiko dampak dari sampah ini termasuk polusi udara, tanah, dan laut.

 

Kebocoran sampah plastik di Sungai Brantas Kota Malang. Foto  Fully Syafi
Kebocoran sampah plastik di Sungai Brantas Kota Malang. Foto  Fully Syafi

Problem Krusial 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun