Mohon tunggu...
Arif Yudistira
Arif Yudistira Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Suka Ngopi, dan jalan-jalan heppy.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bullying dan Geng Remaja

1 Oktober 2023   11:15 Diperbarui: 1 Oktober 2023   11:33 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasus bullying yang terjadi di Cilacap membuat kita prihatin. Video bullying yang dilakukan anak remaja usia SMP yang melakukan adegan kekerasan itu viral disebarkan di media sosial dari (26-27/9/2023). Tidak berselang lama, pelaku kekerasan terhadap temannya sendiri itu pun akhirnya ditangkap polisi. Jumat (29/9/2023) polisi menangkap pelaku dan menindaknya. 

Kasus kekerasan pada anak seolah menjadi peringatan penting bagi kita semua. Lemahnya generasi kita saat ini, pergaulan, pola hubungan antar teman sebaya anak-anak kita seolah penuh dengan problem. Hubungan pertemanan generasi remaja saat ini mengingatkan kita pada fenomena budaya hippie yang muncul di Amerika pertengahan tahun 1960-an. 

Di tahun 1970-1980 an, budaya hippie ditakuti oleh rezim Orde Baru. Nyanyi gaya barat dilarang, sampai dengan gaya rambut gondrong yang ala Hippie dirazia. Hippie di barat mulanya condong pada gerakan damai, identik dengan kebebasan seksual dan geng (kumpulan kelompok). Di Indonesia, budaya hippie condong pada ekspresi kebebasan pribadi, musik, dan juga budaya pop, termasuk maraknya geng (kumpulan kelompok tertentu) yang biasanya memiliki hobi, kecenderungan dan selera pergaulan yang sama. 

Kecenderungan anak-anak kita yang sering nongkrong dan berkumpul berdasarkan selera yang sama juga kerap ada pada fenomena remaja kita saat ini. Pengaruh media sosia, internet dan juga teknologi membuat para remaja ini bergaul lintas batas, lintas daerah. Mereka kerap mengadakan pertemuan bareng, tour bareng, sampai dengan makan dan nonton konser bersama. Solidaritas, kekompakan hanya terjadi pada geng atau kelompoknya saja.

Dampak Negatif 

Sumber Pixabay.com 
Sumber Pixabay.com 

Kemunculan geng dan penguatan kelompok bila dibarengi aktivitas-aktivitas positif tentu akan menjadikan remaja makin kuat karakternya. Solidaritas, empati dan juga gerakan geng jika hanya diisi dengan pamer eksistensi kekuatan fisik, ruang untuk kebebasan ekspresi serta ruang ekspresif di ruang publik semata dengan aneka kegiatan yang nirguna menjadikan geng remaja dicitrakan sebagai negatif semata.

Indonesia sendiri pernah memiliki geng motor yang sempat muncul di Jawa Barat. Kemunculan geng yang ditakuti masyarakat karena ulahnya yang membuat orang ketakutan akan terornya menjadi catatan tersendiri tentang fenomena geng yang kini dominan di remaja kita. Geng remaja saat ini muncul dalam citra negatif. Citra negatif itu seperti bully, tawuran antar geng, sampai dengan minum minuman keras dan narkoba.

Kecenderungan fenomena geng pada aktivitas negatif ini membuat publik beranggapan bahwa fenomena geng adalah fenomena yang perlu diwaspadai. Geng pada remaja ini makin menguatkan pada solidaritas kelompok semata, kumpulan orang frustasi, dan bermasalah, sampai dengan tempat kumpulnya remaja yang kurang kerjaan.

Nurul Wulandari (2018) misalnya meneliti tentang geng sekolah yang ada pada diri remaja. Ia menemukan kontrol diri yang dimiliki anggota geng sekolah ialah mereka tidak mampu mengontrol emosinya, tidak mampu mengendalikan perilakunya yang kerap berbuat negatif yang mengarah pada tindakan kriminal, tidak bertanggung jawab dengan apa yang mereka putuskan. Anggota geng sekolah tidak memikirkan akibat jangka panjang atas perbuatan yang mereka lakukan dan tidak siap menghadapi konsekuensi perbuatan negatif yang mereka lakukan. 

Fenomena lain adalah sikap asertivitas diri atau ketegasan diri pada anggota geng. Mereka mampu menghormati temannya seperti mereka menghormati diri mereka sendiri (hanya kepada anggota gengnya saja), mereka mampu menolak ajakan teman namun pada kondisi tertentu mereka menerimanya karena mendapat ancaman. Para remaja yang tergabung dalam kelompok geng ini juga memiliki sikap cenderung lebih berani dan memiliki percaya diri saat mereka bertemu dengan orang atau kelompok (geng) remaja lainnya.

Pada tahun sebelumnya 2017, Anita Dewi Astuti, Yuniasih Yuniasih  (2017) juga meneliti tentang fenomena geng pada usia remaja SMP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan berkelompok atau geng muncul karena adanya rasa kurang kasih sayang dari orang tua, orang tua yang terlalu sibuk, dan orang tua yang selalu memanjakan. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya fenomena geng ini adalah faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah dan dari diri sendiri.

Bila menilik kasus bully yang ada di Cilacap, perundungan itu muncul karena Si Korban bergabung dengan geng lain. Hal inilah yang memicu pelaku perundungan untuk melakukan kekerasan menendang, memukul dan menghajar korban habis-habisan dari kepala sampai perut. 

Video perundungan yang sempat viral itu juga membuat kita mengelus dada dan prihatin, seorang remaja bisa sekejam dan sesadis itu menyakiti temannya sendiri. Genk remaja pada akhirnya telah memicu adanya kekerasan dan perundungan yang memakan korban. Pelaku yang masih remaja ini pada akhirnya tidak mampu berpikir jangka panjang apa efek dan akibat dari perbuatannya. 

Munculnya geng remaja pada para remaja tingkat SMP bahkan SD ini harus menjadi perhatian orangtua, guru dan kita bersama. Jangan sampai ada kasus perundungan dan korban berikutnya yang muncul karena persoalan geng maupun karena problem pergaulan yang ada pada anak kita.

Anak kita perlu dipahamkan, pergaulan semestinya lintas batas, sekaligus harus terus diupayakan untuk kegiatan dan aksi positif bukan semata untuk melampiaskan kesenangan dan gaya-gayaan. Apalagi untuk menang-menangan di jalanan atau di sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun