Pada tahun sebelumnya 2017, Anita Dewi Astuti, Yuniasih Yuniasih (2017) juga meneliti tentang fenomena geng pada usia remaja SMP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan berkelompok atau geng muncul karena adanya rasa kurang kasih sayang dari orang tua, orang tua yang terlalu sibuk, dan orang tua yang selalu memanjakan. Adapun faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya fenomena geng ini adalah faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah dan dari diri sendiri.
Bila menilik kasus bully yang ada di Cilacap, perundungan itu muncul karena Si Korban bergabung dengan geng lain. Hal inilah yang memicu pelaku perundungan untuk melakukan kekerasan menendang, memukul dan menghajar korban habis-habisan dari kepala sampai perut.Â
Video perundungan yang sempat viral itu juga membuat kita mengelus dada dan prihatin, seorang remaja bisa sekejam dan sesadis itu menyakiti temannya sendiri. Genk remaja pada akhirnya telah memicu adanya kekerasan dan perundungan yang memakan korban. Pelaku yang masih remaja ini pada akhirnya tidak mampu berpikir jangka panjang apa efek dan akibat dari perbuatannya.Â
Munculnya geng remaja pada para remaja tingkat SMP bahkan SD ini harus menjadi perhatian orangtua, guru dan kita bersama. Jangan sampai ada kasus perundungan dan korban berikutnya yang muncul karena persoalan geng maupun karena problem pergaulan yang ada pada anak kita.
Anak kita perlu dipahamkan, pergaulan semestinya lintas batas, sekaligus harus terus diupayakan untuk kegiatan dan aksi positif bukan semata untuk melampiaskan kesenangan dan gaya-gayaan. Apalagi untuk menang-menangan di jalanan atau di sekolah.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI