Mohon tunggu...
Arif Riduan
Arif Riduan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekolah Ngaji (Sebuah Cerpen)

21 Oktober 2016   15:30 Diperbarui: 21 Oktober 2016   15:36 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa tidak sholat ! DOR !!! akan rugi di akhirat

Siapa tak bayar zakat, oleh Allah di laknat”

Inilah  lagu yang kami nyanyikan kali ini bersama ustadz Arul dan ustazah Heny kali ini, lagu rukun islam yang nadanya seperti nada “ balonku ada lima”. Lagu berikutnya ialah lagu yang berjudul “ Aku cinta Allah “ yang nadanya seperti nada lagu “ sayang semua “ namun liriknya yang diubah, entahlah siapa yang mengubah liriknya.

Satu-satu aku cinta Allah ..

Dua dua, cinta Rasulullah ..

Tiga tiga sayang ibu bapak..

Satu dua tiga, sayang semuanya … yeeeeeeeeeeeee

Beginilah ramainya ketika pelajaran ngaji ingin dimulai, kami anak-anak yang rata-rata umur 7-8 tahun seperti aku ini terkumpul di satu kelas, yakni kelas jilid, sedangkan para murid yang sudah tingkat Alquran belajar di kelas sebelah bersama Bapak Haji Marwan dan Bapak Zaini. Kami yang jilid ini dibimbing oleh kakak-kakak dari Pondok Pesantren di sekitar tempat tinggal kami, diantranya ialah kak ustadz Arul dan ka ustadzah Heni dan Munirah.

Pelajaran pun dimulai, Kak ustadz Arul mulai menuliskan ayat Alquran yang harus kami tulis di papan tulis, tulisan kak ustadz Arul sangat bagus, mungkin karena beliau santri di pesantren yang terbiasa menulis tulisan kaligrafi arab. “ ini tulislah, adding-ading .. tulis sampai habis “.Seru kak ustadz Arul kepada kami.

Sedangkan ustadzah Heny dan Munirah duduk depan dan memanggil nama kami satu persatu untuk mengaji dengan bimbingan beliau. Biasanya panggilan itu menurut abjad di buku absen, yakni dari A. “ Ahmadi, dan Afif Rahman “ustadzah Heny memanggil dua orang dari kami untuk maju ke depan. Sedangkan nama-namanya yang belum dipanggil tetap duduk ditempat sembari menyelesaikan tulisan yang sudah dicontohkan di papan tulis.

Khaidir Malik ! “.Kak ustadzah Munirah memanggil, itu artinya kini giliranku ke depan untuk mengaji dengan bimbingan beliau. Aku pun mengeluarkan uang 200 rupiah untuk membayar iuaran ngaji. “ Nah jilid 2 dah kam Dir ai, rajin-rajin turun mengaji, nyaman capat ke Alquran “.Kak ustadzah Munirah menasihatiku agar rajin mengaji, supaya cepat ke jilid berikutnya dan cepat ke tingkatan Alquran. “ inggih ka “. Sahutku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun