Mohon tunggu...
Arif Rahman Hakim
Arif Rahman Hakim Mohon Tunggu... Guru - Keling - Jepara

Seorang guru sekolah dasar di SD Negeri 2 Tunahan Keling Jepara.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Budaya Positif Sekolah

27 Agustus 2022   22:48 Diperbarui: 27 Agustus 2022   22:56 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lingkungan sekolah yang aman dan nyaman sudah pasti menjadi dambaan setiap warga sekolah, baik itu guru, tenaga kependidikan, murid maupun orang tua murid. Namun, sudahkan lingkungan seperti itu dapat kita jumpai di setiap sekolah? Mari kita mencari jawabannya dengan merefleksi diri dan merasakan dengan hati, bagaimana lingkungan sekolah kita.

Standar Pendidikan Nasional menyebutkan :

Dalam rangka menciptakan lingkungan yang positif maka setiap warga sekolah dan pemangku kepentingan perlu saling mendukung, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama. Untuk dapat menerapkan tujuan mulia tersebut, maka seorang pemimpin pembelajaran perlu berjiwa kepemimpinan sehingga dapat mengembangkan sekolah dengan baik agar terwujud suatu budaya sekolah yang positif sesuai dengan standar kompetensi pengelolaan yang telah ditetapkan.

Rasa aman dan nyaman tersebut akan dapat kita rasakan jika di lingkungan sekolah sudah tertanam budaya positif. Karena itu budaya positif juga mampu mendorong murid untuk bepikir, bertindak secara mandiri dan bertanggungjawab dalam proses belajar untuk menemukan kemerdekaannya.

Membahas tentang budaya positif, ada satu kata yang sangat lekat dalam proses penumbuhan budaya, yaitu kata disiplin. Disiplin merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan kepatuhan, sehingga terkadang disiplin berkecenderungan memunculkan ketidaknyamanan.    

Tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan.  

Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa "dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat 'self discipline' yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka." (Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

Karena itulah, sebagai pendidik kita perlu menguatkan disiplin positif di lingkungan sekolah kita agat tumbuh dan berkembang menjadi budaya positif sekolah.

Bagaimana upaya kita menumbuhkan budaya positif di sekolah?

Mulai dari diri sendiri

Jadilah guru yang pantas menjadi teladan murid, ubah paradigma stimulus respon kepada pendekatan teori kontrol.

Stephen R. Covey (Principle-Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa,

"..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita. Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas".

Berkolaborasi dengan rekan guru dan pemangku kepentingan sekolah

Diperlukan kerjasama dan dukungan semua elemen pendidikan dalam menyusun program kegiatan pembiasaan positif sekolah.

Membuat kesepakatan kelas/sekolah untuk memunculkan nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati bersama sehingga akan menumbuhkan motivasi intrinsik dari murid.

Tuntun murid menemukan dunia berkualitas

Cari tahu dari 5 kebutuhan dasar manusia, kebutuhan dasar apa yang belum terpenuhi sehingga memicu murid/warga sekolah melakukan pelanggaran, selanjutnya berikan solusi untuk memenuhinya.

Gunakan posisi kontrol yang tepat

Melanggar aturan merupakan sifat alami manusia, karena itu diperlukan orang lain yang mengontrol dirinya jika dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

Lakukan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah

Mencari siapa yang bersalah bukanlah tujuan penyelesaian masalah, namun menumbuhkan kesadaran diri tentang kesalahan yang dilakukan dan upaya dari dalam diri sendiri menemukan solusi perbaikan diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun