Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - instagram : @studywithariffamily

Bekerja untuk program Educational Life. Penelitian saya selama beberapa tahun terakhir berpusat pada teknologi dan bisnis skala kecil. Creator Inc (Bentang Pustaka) dan Make Your Story Matter (Gramedia Pustaka) adalah buku yang mengupas soal marketing dan karir di era sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Manajemen Amplop, Cara Lama Gaya Hidup Frugal

14 Oktober 2023   15:58 Diperbarui: 14 Oktober 2023   16:00 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Beli mobil secara tunai, staycation, bahkan punya rumah dengan gaji awal Rp. 3,5 juta! Statement ini bagian cerita dari akun @ibunnyakayyis yang kemudian viral di Tik Tok. Ibu muda ini memiliki suami yang berpenghasilan Rp 3,5 juta per bulan. Dengan gaji tersebut, ia bisa merasakan staycation setahun sekali, bisa jalan-jalan sekaligus makan di luar setiap dua minggu sekali, mampu beli iPhone dan juga liburan keluar kota setiap tahunnya.

Di usia pernikahan yang ke-3, mereka bisa membeli mobil secara tunai. Bahkan di usia pernikahan kelima, membeli rumah dan menyekolahkan anak-anaknya di sekolah favorit.

Cerita serupa juga disampaikan akun TikTok @chintyamelsan yang mampu membeli mobil di usia 25 tahun sebagaimana diberitakan dalam laman Merdeka.com

Baik akun @ibunnyakayyis maupun @chintyamelsan mengaku, bisa memiliki berbagai aset tersebut karena gaya hidup frugal living yang diterapkan. Sebuah konsep yang berorientasi pada manajemen pengeluaran biaya hidup pada hal yang prioritas. Sebagaimana ditegaskan dalam laman wealthsimple.com, frugal living means being conscious of your spending and focusing on a few financial priorities'.

Tren gaya hidup ini memperkaya konsep 'tidying up' yang dipopulerkan oleh Marie Kondo, gaya hidup minimalis dengan memiliki sedikit barang. Namun pada frugal living, fokus pada manajemen pengeluaran.

Sebagaimana disampaikan dalam laman viva.co.id, @ibunnyakayyis mampu mengatur pengeluarannya dengan terukur. Rinciannya meliputi pengeluaran untuk kontrakan Rp 500 ribu, biaya dapur (minyak, beras dan gas) Rp 150 ribu, kebutuhan rumah Rp 150 ribu, biaya jajan dan bensin suami sebesar Rp 200 ribu, listrik (tanpa penggunaan mesin cuci dan AC) sebesar Rp150 ribu, wifi Rp 150 ribu, makan sebulan Rp 800 ribu, hiburan sebesar Rp 200 ribu, susu Rp 200 ribu dan iuran RT sebesar Rp 35 ribu.

Selebihnya, ia gunakaan untuk menabung sebesar Rp. 500 rb dan infak sebesar Rp 200 ribu. Total pengeluarannya sebulan, mencapai Rp 3.235.000 dan masih tersisa Rp 265 ribu.

Dari uang tabungan selama beberapa tahun, ia bisa membeli mobil bekas seharga Rp. 63 juta secara tunai. Sementara untuk membeli rumah, -dalam postingan terpisah, akun ini menampilkan proses KPR melalui bank syariah.

Manajemen Amplop

Pada dasarnya, frugal living atau gaya hidup minimalis bukanlah hal baru, saya termasuk yang menjalankan konsep ini sejak kecil, bahkan sudah membuka rekening tabungan sendiri di bank saat SD. Ketika memulai karir, saya bekerja sebagai karyawan swasta dengan gaji standar UMR, tidak lebih dari Rp. 2 juta per bulannya. Sekitar 4 tahun bekerja, saya bisa membeli rumah pertama. Belakangan, mempertahankan gaya hidup ini membawa saya pada kepemilikin sejumlah aset lainnya. Menambah properti, beli mobil, liburan 2-3 kali dalam setahun -salah satunya ke luar negeri. Hingga memiliki penghasilan pasif dari hunian sewa tanpa utang di bank.

Saya menyebut strategi keuangan ini dengan istilah 'manajemen amplop' atau 'jurus klip'. Ketika gajian, hal pertama yang saya lakukan adalah ke bank, dan menyisihkan uang gaji untuk disimpan dalam produk tabungan khusus tanpa ATM yang bebas biaya administrasi, sehingga tidak mudah untuk ditarik. Saya anggap, tabungan ini adalah uang hilang yang tidak saya miliki.

Kemudian, gaji di luar yang sudah disisihkan untuk tabungan, saya masukkan dalam sejumlah amplop terpisah, beberapa saya jepret / klip agar memudahkan masuk dompet. Ada amplop uang dapur, ada amplop untuk bayar kontrakan, dan sejumlah amplop lainnya sesuai dengan pengeluaran. Sementara yang dijepret / klip, adalah uang bensin dan beberapa pengeluaran harian lainnya yang saya masukkan dalam dompet.

Langkah kedua, saya menerapkan konsep batas maksimal untuk sejumlah produk. Contoh ektrem yang saya lakukan, adalah air mineral yang saya jatah 4 galon per bulan. Jika sebelum akhir bulan 4 air galon itu sudah habis, maka yang saya lakukan adalah memasak air kran sebagaimana orang zaman dulu. Saya baru membeli lagi ketika memasuki tanggal 1 bulan berikutnya. Terdengar menyedihkan jika saya mengingatnya sekarang, namun ketika itu, semua terasa biasa saja.

Berikutnya yang ketiga, memaksimalkan produk yang kita miliki hingga umur ekonomisnya habis. Baju, tas, TV, handphone atau produk apa pun itu, gunakan selama mungkin tanpa harus mengindahkan tren yang terjadi. Saya masih menggunakan hp jadul ketika smartphone sudah mulai muncul, masih menggunakan TV tabung selama bertahun-tahun sekalipun TV flat sudah ada di mana-mana. Bahkan dari 3 sepeda motor yang pernah saya miliki, semuanya saya gunakan lebih dari 7-8 tahun sampai umur ekonomisnya habis. Motor yang terakhir, saya beli di tahun 2012 dan masih saya gunakan sampai sekarang, artinya, sudah lebih dari 10 tahun motor ini saya gunakan.

Langkah keempat, hanya membeli barang-barang yang kita butuhkan, bukan semata yang kita inginkan.

Langkah kelima, naikkan jumlah tabungan kita setiap tahun seiring dengan naiknya penghasilan kita. Ketika jumlahnya mulai cukup, konversi ke emas. Jika tabungan emas kita cukup besar, maka konversi ke properti.

Nantinya, hasil investasi ini bisa dialokasikan untuk keperluan lain, seperti umrah atau haji. Memang tidak mudah terutama di awal, butuh pengorbanan besar di 5-10 tahun pertama. Saya bahkan baru bisa mengajak mudik istri ke kampung halaman setelah 6 tahun menikah. Namun akumulasi waktu dan konsistensi ini membuahkan reward yang sepadan.

Terakhir, yang tidak kalah penting adalah infak. Pemilik akun @ibunnyakayyis pun melakukan hal yang sama. Ia meyakini, dengan berinfak bisa menjauhkannya dan keluarga dari marabahaya. "Di sini aku tekankan lagi, aku fokus perbanyak zikir dan infak, itu menjaga kita dari hal-hal yang enggak diinginkan. Setiap gaji yang kita dapatkan, pertama kali yang dikeluarkan adalah infak untuk menjaga kita dari sakit dan marabahaya, dan alhamdulillah aku merasakan rasanya," ujar ibu muda ini.

Jadi.., beli mobil, punya rumah dan staycation dengan penghasilan terbatas, bukanlah mimpi. Semua bisa di mulai dari konsistensi kita menjaga gaya hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun