Dengan aplikasi ini, semua petani tahu kapan punya manggis, dan berapa berapa ton jumlahnya. Aplikasi ini juga memandu petani dalam bercocok tanam.Â
Kalau petani mau nanam kentang, pada sore hari tinggal input datanya, jumlah lahan berapa, kapan mulai menanam, berapa harga bibitnya sesuai aplikasi, lalu submit. Setelah itu, mereka bisa cek kapan panen, berapa estimasi panennya, kapan harus nyiram, memupuk, semua ada notifikasinya. Dengan aplikasi ini, semua terkontrol, sesuai dengan SOPnya.
Saat ini, ia sudah memberdayakan ribuan petani, "kalau sudah musim buah, manggis misalnya, untuk di packing house saja sudah 300-an orang, belum yang on site di seluruh Bali (provinsi tempat Agung berdomisili saat ini), di mana isinya mulai dari petani, tukang sortir dan lain-lain. Kalau satu tempat ada 100 petani, dan kita punya sekitar 17 lokasi, maka total sudah ada sekitar 1700 orang. Jadi bisnis pertanian ini multiplier effect," tutupnya.Â
Apa yang Agung Wedha lakukan, adalah role model untuk generasi milenial lainnya, terjun ke industri yang tak lekang oleh zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H