Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - instagram : @studywithariffamily

Bekerja untuk program Educational Life. Penelitian saya selama beberapa tahun terakhir berpusat pada teknologi dan bisnis skala kecil. Creator Inc (Bentang Pustaka) dan Make Your Story Matter (Gramedia Pustaka) adalah buku yang mengupas soal marketing dan karir di era sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Panduan Pengajar untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

22 Agustus 2020   15:23 Diperbarui: 27 Agustus 2020   10:24 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konsep ini, sangat mungkin dilakukan oleh siswa selama belajar di rumah, mereka tinggal mendapatkan panduan bergerak yang sesuai arahan, dan dipraktekkan tanpa harus memberatkan mereka. Kegiatan ini bisa dilakukan setiap hari tanpa harus memakan kuota internet dalam jumlah besar. Siswa bisa belajar dengan panduan dari guru soal kegiatan fisik mereka, dan melaporkannya secara berkala melalui tabel kegiatan kerja misalnya, atau bentuk lainnya untuk mengukur apa yang sudah mereka kerjakan.

Rancang kurikulum bersama siswa

Di Indonesia dan kebanyakan negara, kurikulum belajar disusun oleh 1 pihak, yakni pengajar. Di Finlandia, konsep ini bisa didiskusikan dengan bersama siswa. Salah satu panduannya, bisa menggunakan strategi instruksional yang disebut dengan bagan TMT, dikembangkan oleh Donna Ogle tahun 1980. Konsep TMT secara sederhana berupa bagan 3 kolom, yang memberikan tampilan sebagai berikut :

  • Hal-hal yang saya tahu
  • Hal-hal yang mau saya ketahui
  • Hal-hal yang saya pelajari

Konsep ini membangun latar belakang pengetahuan dan membantu siswa melihat bagaimana mereka telah semakin dewasa secara pengetahuan. Jadi pengajar bisa membawa konsep materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dan membuat rancangan besar yang bisa ditranfer kepada semua siswa.

Guru sebagai pelatih

Ini alasan poin di atas, untuk menjadikan pengajar agar berperan layaknya pelatih, mereka tidak lagi mengajar semata sesuai dengan instruksi pembelajaran, namun memandau pembelajaran. Sebagaimana disampaikan pendidik oleh Connie Moss dan Susan Brookhart, "target pembelajaran berbeda dengan tujuan instruksional baik dalam rancangan maupun tujuan. Tujuan instruksional memandu instruksi dan kita menulisnya dari sudut pandang guru, tujuannya untuk menyatukan hasil dari serangkaian pelajaran yang terkait atau seluruh unit. Sementara tujuan pembelajaran, sesuai dengan namanya, memandu pembelajaran. Ini menjelaskan, dalam bahasa yang dipahami siswa, sekelumit informasi, keterampilan dan proses penalaran yang digunakan siswa untuk mencari pengetahun secara lebih mendalam. Kita menulis target pembelajaran dari sudut pandang siswa dan menyampaikannya dalam pelajaran yang bisa digunakan mereka untuk memandu pembelajaran mereka sendiri."

Ujian dan mendiskusikan nilai

Yang terakhir adalah ujian, didesain dengan penilian (sumatif) akhir dari suatu unit pembelajaran sebagai pembuktian siswa akan proses pembelajaran mereka. Yang menarik, konsep evaluasi sumatif dirancang agar siswa kritis dan bisa mendemonstrasikan tingkat pengertian dan pengetahuan mereka dalam suatu tes. Berikut adalah contoh tes yang bisa ditiru untuk pengajar di Indonesia :

  • Fisika, jelaskan prinsip "energi potensial". Dalam penjelasanmu, gunakan istilah Gerak Lurus Beraturan (GLB). Tulis kalimat dan buat diagram dengan mendukung penjelasanmu.
  • Geografi, apa perbedaan iklim di negara Asia dan Eropa? Jelaskan dengan detil, dan berikan data pendukung jika diperlukan.
  • Sejarah. Mengapa Bung Karno diculik ke Rengas Dengklok, berikan pendapatmu soal penculikan ini, dan jika tidak setuju, apa yang semestinya dilakukan pemuda ketika itu?
  • Kimia. Apakah pasta gigi masuk asam atau basa, jelaskan soal keduanya, dan seandainya kamu ilmuan, inovasi apa yang bisa kamu lakukan dari informasi ini?

Bukan hanya rancangan kurikulum yang bisa didiskusikan, nilai pun sama. Siswa bisa diberikan kesempatan untuk menilai diri mereka sendiri. Di sekolah menengah Vantaa Martinlaakso misalnya, menerapkan konsep ini. Setiap 6-7 minggu sekali (periode penilaian sekolah di Finlandia secara umum), siswanya akan bertemu dengan pengajar secara individual dalam satu konfrensi singkat selama 5-10 menit, di mana mereka menyepakati nilai akhir bersama. Metode tradisional yang dulunya hanya menjadi prerogatif pengajar, kini bisa didiskusikan dengan siswa, di mana mereka diminta mengajukan nilai sendiri, baru kemudian didiskusikan.

Cara ini, tidak hanya mengkomunikasikan nilai siswa secara transparan dan mempererat hubungan antar guru dan murid, namun juga mengajak siswa merefleksikan pembelajaran mereka sendiri.

Lalu apa yang bisa kita pelajari dari ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun