Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - instagram : @studywithariffamily

Bekerja untuk program Educational Life. Penelitian saya selama beberapa tahun terakhir berpusat pada teknologi dan bisnis skala kecil. Creator Inc (Bentang Pustaka) dan Make Your Story Matter (Gramedia Pustaka) adalah buku yang mengupas soal marketing dan karir di era sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Panduan Pengajar untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

22 Agustus 2020   15:23 Diperbarui: 27 Agustus 2020   10:24 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini sebabnya, penting bagi guru atau dosen, untuk mempertimbangkan hal ini. Saya pribadi, menetapkan agar dosen hanya mengajar 25 menit per sks untuk siswa secara online, yang semestinya dilakukan 45 menit per SKS. Tujuannya untuk memberikan ruang bagi siswa untuk menyerap ilmu seoptimal mungkin, sekalipun dengan durasi yang lebih sedikit, namun terserap secara maksimal, daripada semua ilmu yang disampaikan justru jadi 'angin lalu' karena lelah dengan durasi belajar yang panjang.

Dalam wawancara untuk sebuah blog pendidikan Mindshift, Daniel Levitin, profesor psikologi behavioral neuroscience (ilmu saraf tentang kebiasaan) percaya bahwa  memberikan otak waktu untuk beristirahat, melalui jeda yang teratur, akan mengarah pada produktifitas dan kreatifitas yang lebih besar. "Anak-anak (dalam hal ini siswa) seharusnya memiliki waktu untuk mengembangkan  spontanitas dan kreativitas. Bahkan otak dapat beristirahat secara alami melalui lamunan, yang dapat menyegarkan dan mengendurkan sirkuit saraf yang saling terikat manakala berkonsentrasi.

Berorientasi pada materi ajar utama

Finlandia melakukan perubahan di mana konsep pembelajaran yang cenderung teori dan hafalan (rote memorization) ke orientasi keterampilan yang lebih tinggi (high order thinking skills) -yang belakangan populer dengan istilah 21st century skills. Konsep yang dikedepankan Finlandia adalah "sedikit mengajar, belajar lebih banyak, tidak ada PR berlebihan, sedikit ujian dan siswa tidak ada yang tinggal kelas (karena konsep drill --mengulang-ulang pelajaran- ternyata tidak relevan dengan kualitas lulusan), dan pada akhirnya, berujung pada tidak adanya lagi program les tambahan di Finlandia. Di Indonesia, banyak yang berlomba-lomba memberikan les tambahan ke siswa, sekalipun sudah belajar full day di sekolahnya.

Di Finlandia, hanya 7% siswa yang cemas dengan sekolah, berbanding 52-53% di sejumlah negara maju, yang saya yakini di Indonesia, angkanya bisa lebih tinggi lagi.

Dengan adanya belajar dari rumah, adalah kesempatan untuk memperbaiki ini, di mana lembaga pendidikan hanya fokus berpusat pada pemberian materi ajar yang dinilai sesuai dengan pengembangan siswa atau tujuan karirnya. Pemberian materi ajar yang sifatnya penunjang, dapat dihentikan tanpa harus khawatir kualitas siswa mengalami penurunan, karena toh di Finlandia, terbukti sebaliknya. Pemberian tugas-tugas yang berlebihan tanpa interaksi yang memadai menjadi pemicu stresnya siswa yang belajar secara online. Hanya dengan pemberian materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, adalah cara cepat untuk belajar dari rumah yang tetap fokus pada pengembangan keilmuan, pun keterampilan siswa dengan efektif.

Buku sekolah bukan pegangan, tapi salah satu sumber pembelajaran. 

Di Indonesia, sejak lama kita bergantung dengan buku pelajaran, bahkan terkadang, kita bertemu dengan guru atau dosen yang mewajibkan hanya 1 buku agar memudahkan proses pembelajaran. Di Finlandia, hal ini tidak berlaku, mereka bahkan membebaskan siswa mencari bahan ajar di internet. Kebijakan yang sudah berjalan lebih dari 20 tahun lalu ini, terbukti membawa siswa mereka justru semakin baik secara kualitas.

Kondisi pandemi yang memukul daya beli beli masyarakat kita, dan keharusan untuk belajar jarak jauh, adalah momen tepat untuk memindahkan sumber pembelajaran kita yang tergantung pada buku, ke banyak referensi yang sesuai dengan mata pelajaran. Guru atau dosen, bisa memberikan panduan referensi mana dan dari mana bisa memperolehnya, dan membiarkan siswa melakukan eksplorasi mandiri untuk keilmuannya.

School on the move

Ini adalah program untuk memicu siswa besikap aktif. Program ini relatif belum lama diterapkan di Finlandia, yakni pengembangan sistematis untuk meningkatkan kegiatan fisik siswa belajar. Di sekolah Helsinki, waktu istrirahat 15 menit yang pendek, diperpanjang menjadi 30 menit per hari. Perubahan ini agar siswa memiliki kegiatan fisik, bisa berupa yogalates, hoki lantai ataupun senam. Bahkan bisa juga, dengan memberikan tugas ke siswa yang harus dikerjakan sambil berdiri, atau mengganti kursi dengan bola-bola senam agar siswa terus bergerak. Mereka bisa merancang apa saja selama tetap membuat mereka semangat. Cara ini, justru membuat siswa kemudian aktif selama pelajaran. Hal ini juga ada akhirnya mendorong pengajar untuk mencari cara kreatif agar siswa dapat bergerak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun