Mohon tunggu...
Arif Rahman
Arif Rahman Mohon Tunggu... Wiraswasta - instagram : @studywithariffamily

Bekerja untuk program Educational Life. Penelitian saya selama beberapa tahun terakhir berpusat pada teknologi dan bisnis skala kecil. Creator Inc (Bentang Pustaka) dan Make Your Story Matter (Gramedia Pustaka) adalah buku yang mengupas soal marketing dan karir di era sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Panduan Pengajar untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

22 Agustus 2020   15:23 Diperbarui: 27 Agustus 2020   10:24 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2008, Richard Louv memuji bangsa Nordic karena mendorong penyelenggaraan pendidikan berbasis lingkungan. Proses ini dilakukan, dengan memindahkan pengalaman belajar di ruang kelas yang substansial ke alam atau komunitas sekitar. Louv bahkan punya teori nature deficit disorder (kurangnya bersentuhan dengan alam), karena adanya kesenjangan antara anak-anak dengan alam.

Bahkan di sebuah taman kanak-kanak hutan di sebuah kota di Finlandia, sekelompok anak berusia 5-6 tahun menghabiskan waktunya sekitar 4 jam di luar ruangan setiap hari (rata-rata). Menurut Louv, "penelitian menegaskan bahwa alam dapat sangat membantu anak belajar membangun kepercayaan diri mereka, mengurangi gejala gangguan hiperaktif akibat kurangnya perhatian, menenangkan anak, serta membantu mereka untuk fokus."

Dalam referensi yang berbeda, juga menyebutkan bahwa Alam bisa mengurangi bullying, penangkal obesitas serta memberi manfaat psikologis dan kesehatan fisik lainnya.

Louv juga menyampaikan, bahwa meningkatnya fungsi kognitif erat kaitannya dengan pembelajaran berbasis lingkungan. Namun waktu yang dihabiskan di alam untuk setiap siswa tentu saja berbeda-beda. Alam bisa sangat membantu, terutama bagi anak-anak yang tertekan oleh situasi yang ada di luar kendali mereka.

Lebih jauh lagi, John Dewey dalam bukunya yang berjudul The School and Sociey memiliki pandangan serupa. "Pengalaman (di luar sekolah) memiliki aspek geografis, artistik dan linguistik, ilmiah dan historis. Semua ilmu muncul dari berbagai aspek dari bumi yang satu dan kehidupan yang ada di atasnya." Ini diperkuat oleh Howard Gardner, profesor pendidikan di Universitas Harvard yang mengembangkan teori Multiple Intelligences, bahwa adanya kecerdasan jenis lain yakni Kecerdasan Alam.

Kesempatan belajar di luar sekolah saat ini, tidak melulu perlambatan kualitas belajar, justru bisa jadi, ini adalah titik tolak buat siswa belajar dengan maksimal. Tentu, harus disesuaikan dengan faktor lain, kondisi belajar di rumah yang nyaman, atau mengombinasikannya dengan belajar di lingkungan sekiranya yang menunjang, atau belajar dari taman di rumah jika tersedia, dan berbagai inisiatif lain yang sekiranya bisa menciptakan proses belajar yang baik. Bahkan dibeberapa daerah yang dinyatakan area hijau, bisa jadi satu atau dua siswa (belajar kelompok) secara bersama, belajar di taman kota. Tentu dengan protokol kesehatan, dan dengan panduan belajar yang sudah diberikan oleh guru.

Cara belajarnya bisa beragam, misal, meminta siswa untuk berkebun, menanam sayur di halaman rumah, atau menggunakan pot. Bisa juga dengan memelihara kecebong untuk dilihat siklus hidup katak, membuat rumah burung atau tempat makan untuk burung liar, atau hewan lain yang bisa diperoleh dengan mudah, untuk dilakukan observasi. Ini bisa menjadi proyek jangka panjang yang mungkin bisa dijalankan selama setengah semester misalnya.

Jumlah jam mengajar

Ketika kebijakan Sekolah dari rumah ditetapkan, masih ada sekolah yang menerapkan cara belajar jarak jauh, dengan jam belajar yang sama ketika tatap muka secara langsung. Di Finlandia, guru SD bekerja tidak lebih dari 6 jam setiap harinya. Jam 2 sore, mereka sudah pulang tanpa harus membawa pekerjaan dari sekolah untuk dikerjakan lembur di rumah. Proses belajar tatap mukanya pun, ada jeda istirahat 15 menit setiap 1 jam pelajaran. Sistem dengan jam belajar ini, membuat guru dan siswa sama-sama belajar mengajar dengan gembira, tidak ada tekanan dan justru menghasilkan transfer ilmu yang optimal.

Dalam wawancara detikcom dengan Prof Erno August Lehtinen dari Finlandia tahun 2016 lalu, mengabarkan bahwa sistem pembelajaran di negaranya paradoks dengan umumnya negara-negara lain. "Secara umum kalau sudah sekolah, waktunya tak terlalu lama. Kami harus memperhatikan kualitas pengajaran, bukan panjangnya jam belajar. Ada keseimbangan yang bagus adanya PR dan kegiatan anak muda dan pendidikan menengah atas, untuk menghasilkan tekanan dan stres yang lebih sedikit dan lebih kuat motivasi dan pengembangan belajarnya," ujarnya ketika menjawab pertanyaan soal anak-anak di Finlandia yang tak diizinkan sekolah sebelum berusia 7 tahun, jam pelajaran SD hanya 3-4 jam sehari, waktu istirahat mencapai 75 menit, jarang ada PR, tidak ada PR hingga tak ada UN sama sekali untuk 9 tahun pertama sekolah.

Konsep ini sebenarnya sudah sangat layak untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar secara offline, namun ketika dipindah ke online pun, sebenarnya relevan. Namun di Indonesia, secara offline, siswa bisa belajar 1-3 jam per mata pelajaran secara langsung, baru kemudian mendapat istirahat sebentar, untuk melanjutkan mata pelajaran berikutnya dengan durasi yang sama. Dalam sehari, siswa bisa belajar 3-5 mata pelajaran dengan durasi yang panjang. Bahkan ada sekolah yang menerapkan full day school, ini tentu saja semakin menyiksa. Ketika konsep pembelajaran yang panjang ini kemudian dipindah mentah-mentah ke online, maka semakin stres siswa maupun guru-gurunya. Wong belajar dalam durasi panjang secara offline saja sudah mumet, sekarang dengan durasi yang sama, dilakukan via online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun