Hal tersebut sesuai dengan tujuan dan keresahan dari para pendiri Satu Impresi dalam membangun media. Â Para pendiri media Satu Impresi tersebut antara lain adalah Aji Juasal Mahendra, Yusrizal Hibatullah, Dodi Rizky Djuliansyah, Rega Satria Felangi, Syauqi Ahmad Masyfu, dan Sadam Al-Ghifari. Â
Keresahan-keresahan dari para pendiri dapat digambarkan secara jelas dalam pernyataan di website Satu Impresi di bagian "Tentang Kami". Pernyataan tersebut bertulisakan: "Kami yang pernah menjadi konsumen produk jurnalisme di era ini, merasa seperti 'dicekoki' informasi dari segala arah, yang akhirnya membuat kami mabuk hingga bingung dan malas untuk mencari kebenarannya".
Hal tersebut memunculkan motto "Jurnalisme Gaya Baru" dari Satu Impresi. Satu Impresi menggabungkan teknik penulisan sastra dengan pendekatan reportase berbasis fakta, namun tidak lepas juga dari impresi masyarakat yang kemudian dijahit sedemikian rupa menjadi sandangan berupa salah-satu produk jurnalistik yang utuh.Â
Namun menurut Muhammad Daffa, seorang pembaca dan pengikut aktif Satu Impresi, Â Satu Impresi melenceng dari keresahannya ketika media tersebut memberitakan tentang politik tahun ini. Dia merasakan Satu Impresi menjadi sama dengan media lainnya dalam mengambil sudut pandang berita.Â
"Saya sangat kecewa ketika Satu Impresi menaikkan berita yang berjudul "Refly Harun: Anies Baswedan Capres Paling Aktif dengan Survei Paling Rendah". Saya merasa Satu Impresi seperti mendukung Anies Baswedan dan terbawa suasana politik tahun ini", Â jelas Muhammad Daffa kepada penulis.
Menanggapi hal tersebut, Aji Juasal mengatakan "Bukannya kami tidak sesuai dengan prinsip kami yang di awal, namun kami tetap harus mengembangkan media ini. Hal tersebut wajar untuk saya pribadi karena untuk mendapatkan  ikan besar supaya media kami dapat dikenal dan tidak stagnan, hal itu pun hanya kami lakukan sesekali saja dan itu sesuai yang kami bilang kami memanfaatkan momentum juga agar bertahan".Â
"Tidak ada salahnya mencoba untuk menjadi besar karena kalau kami terus-menerus menjadi media alternatif yang berkembang kapan kami bisa merubah lingkungan arus informasi di Indonesia menjadi baik", jelas Aji Juasal kepada penulis.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H